Skip to main content

Ja.rak

Seorang perempuan menatap nanar pada layar. Terkadang ia hilang pijak pada dunia. Melayang dan terbawa arus, terkadang ia kehilangan apa yang dicarinya.

Perempuan itu menatap nanar sambil jarinya bergeser ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan. Berpura-pura tertawa lewat tulisan. Tapi siapa yang pernah melihat raut wajahnya. Ia meletakkan benda kotak dengan jaringan satelit itu ke meja, dan beralih pada dunianya yang sebenarnya. Ia melirik sambil menahan goda untuk mencari kabar orang yang diperhatikannya sejak lama.

Ia menghela dan menutup mata. Dicarinya keran air dan mulai membasuh tangan, berkumur, membasuh muka dan seterusnya. Ia hanya bisa menggelar karpet khususnya dan menutup seluruh badannya hingga tak ada pola. Mengagungkan, bersedekap, lalu meletakkan dahinya pada titik terendah. Tersedak ia karena air yang keluar dari hidungnya dan berusaha ditahannya.

Namun rasa yang ada di dalam terus sudah mengumpul di dada, ia harus keluar, dan tumpahlah ia lewat dua lubang di wajahnya. Ia duduk dan memohon ampun dan meminta kekuatan terbesar di seluruh jagat raya untuk menerima penghambaannya. Ia larut, lalu tersaruk. Malu ia mengangkat muka.

Sudah lama ia meninggalkan "gua" nya. Tempat dan waktu yang memberi ia jarak pada gempita dunia. Dimana ia hanya dapat mendengar yang ingin dia dengar, berbisik yang ia ingin tak ada yang mendengar. Ia membuat banyak gua, pada saat malam terkelam, atau pada ruang sempit yang terbatas besi-besi dan kaca.

Ja.rak ia butuh jarak. Jarak pada hidup yang mendorongnya terus ke muka. Tak sempat dan tak perlu ia banyak berpikir. Jarak ia butuh jarak

Dalam kendaraan roda empat dan kaca gelap kadang ia ibaratkan bagai gua. Mendengarkan kalimat suci dari gelombang radio yang timbul tenggelan dan termenung. Melihat dunia di luar layaknya menonton drama dengan kerlap kerlip lampu dan keunikan para pemerannya. Dunia yang berjarak dari balik kaca.

Jarak ia butuh jarak.

Salah ia juga membuka lebar apa yang ada di dirinya. Ia sendiri yang tidak memberi jarak pada dunia.

Ja.rak ia hanya butuh ja.rak

Jarak pada keinginannya yang melesak dan perlu dibekap.
Cemas kalau menuruti keinginan hanya membuatnya kufur nikmat.

ja·rak n 1 ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat

Perempuan itu harus biarkan ruang sela antara harapan dan kenyataannya untuk melakukan tugasnya. 
Mungkin yang ia perlu hanya percaya pada cintaNya yang mengobati luka.

Comments

Nadya Saib said…
Ada apa Atieeeek??! :D :*
- Nadya dan Kiki si Kucing (eaaaa, macam betul aja)
atiek said…
gapapa naad..
ini hanya soal angle penulisan saja. aku bosan bikin tulisan deskriptif jadi bikin yang dramatis gituu.. :D

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi