Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2009

bahagia

Pada suatu menit saya terhenti.. Tiba-tiba kebahagiaan menjadi begitu sederhana Sesederhana tawa yang tergambar di wajah-wajah manusia dari balita sampai manula Sesederhana riuh rendah suara senda gurau sahabat lama Sesederhana orang-orang yang saling bertukar salam saat tegur sapa Di menit itu semua terasa indah Seindah tarikan nafas dan hembusannya Seirama dengan detak yang menyertainya Saya edarkan pandangan ke sekeliling ruangan Gerakan-gerakan yang ada seolah lembut, dan bermakna Jika kebahagiaan itu dikemas begitu sederhana, begitu banyak ia terpapar di dunia, pun begitu sibuk saya meraihnya .. Lalu sempatkah saya untuk tidak bahagia?

menyentuh hati

saya tidak tahun kapan saya bisa menyentuh hati orang lain dengan tindakan saya, namun selama saya melakukan apapun dengan sepenuh hati saya rasa timbal balik itu tidak lagi menjadi penting... ..14 Juni 2009

dinner with my brother

Kadang saya meragukan pernyataan "Boys will always be boys" karena "once they become a MAN, u'll adore them". Minggu malam saya makan bersama dengan a'a (kakak laki-laki saya), tidak mewah, hanya di meja makan rumah dengan lauk dari nasi kotak pemberian tetangga -salah satu hobi saya, makan nasi kotak bareng-bareng sekeluarga-.Berdua saja saya melahap makan malam itu, sementara anggota keluarga lainnya sedang asyik meladeni keponakan saya yang ngantuk tapi masih tetap bermain. Aa : " lo gak cari kerjaan lain de? " saya : " belum a'.. " Aa : "oo.. *lalu ia mengganti topiknya* Calon anak gw yang ini bener-bener bikin gw taubat, bawaannya pengen ngaji melulu.. Pengajian dimana aja gw datengin" A'a saya sedang rajin menghadiri Majelis Rasulullah (MR), pengajian yang sering diadakan setiap minggu dan lokasinya berpindah-pindah. Kadang ia bercerita, kalau ceramah yang diberikan dan doa-doa yang dipanjatkan membuat dia menangi

Telepon rumah paling hemat

Akhir pekan ini saya disibukkan dengan berbagai urusan keluarga sampai hati meninggalkan tugas-tugas di kantor demi alasan darurat. Ya, Jumat kemaren cukup emosional untuk saya. Urusan telpon menelpon sering menjerat saya dalam masalah. Saya ini orang yang mengutamakan kualitas bicara dengan tatapan mata, jadi saat menelpon saya kurang berminat begitu kalau tidak melihat mata dan gerakan yang menyertainya. Buat saya itu keasyikan tersendiri. Nah, seharusnya saya tidak terlalu idealis dengan konsep komunikasi seperti itu. Buat anak perantauan meski cuma 100-an kilometer tapi jarang pulang, telpon menjadi satu-satunya cara untuk menghubungi ibu dan keluarga di rumah. Celakanya, saya masih saja jarang telepon. Meskipun sudah ada syair lagu mendayu-dayu "Telpon telpon rumah paling hemaatt,, huwoo huwoo..". Tetap saja perhitungan urusan pulsa. Jumat ini ibu (alias mimi) ngambek alias marah alias kecewa sama anak bungsunya yang bandel dan jarang telepon. Reaksi mimi itu selalu deng

menjaga hati

Sulitnya menjaga hati.. dari perasaan yang indah maupun yang buruk. Kata-kata yang bicara di dalam hati, meski untaiannya dikunci oleh mulut yang terus terkatup tetapi ia bebas bergerak di dalam rongga dada menunggu untuk dikeluarkan, namun raga tiada mengizinkannya.. Karena jika katupnya diizinkan terbuka hanya membuat luka pada orang-orang yang dicinta.. Sulitnya menjaga hati agar tetap bersih dan suci meski raga tak bertulang mampu dikunci, namun apa yang mengendap lama kelamaan menjadi racun yang membunuh hati.. Sulitnya menjaga hati.