Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2011

Prihatin

"gw naik taksi, supirnya gak lancar bahasa Indonesia, terus di tangannya zikir terus gitu. Haduh gw khawatir, jangan-jangan di taksi gw ada bom lagi." "wah, dokternya kaya teroris deh, bajunya panjang, di jidatnya ada 2 lingkaran hitam (biasanya dikaitkan dengan sering bersujud)." Tampaknya saya akan sering mendengar komentar ini, di negara ini, bahkan dari lingkungan terdekat saya. Maraknya kekerasan dengan mengangkat-angkat identitas agama tampaknya jadi kontraproduktif bagi penganutnya sendiri yang tidak terlibat dengan aksi kelompok kecil tersebut. Entah apa tujuan dari segala kekerasan yang terjadi, yang saya tahu saya prihatin bahwa beberapa kejadian tersebut membuat sesama umat saling mencurigai.  Bagaimanapun kebenaran tetap perlu disampaikan dengan cara yang benar dan santun.

'pengamanan'

kalau energi berasal dari kotoran manusia dan hewan, serta sampah sehari-hari, kemudian terjadi genosida di negara penghasil energi itu, apakah negara-negara lain akan turut melakukan 'pengamanan' yang ekstra hebat? kalau energi dari kotoran dan sampah, perlukah campur tangan negara-negara lain dalam proses 'demokratisasi' negara penghasil energi tersebut? kalau tiap negara tidak menggantungkan sumber energinya ke negara lain, mungkinkah frekuensi perang dan aktivitas penghabisan energi lewat tank-tank dan senjata berat itu bisa berkurang? dan kalau semua negara sudah tidak menggantungkan energi ke negara lain, apakah akan tiba masa negara melakukan 'pengamanan' pasokan air dari negara lain?  kekayaan dan kekurangan memang ujian buat manusia. rasanya teman-teman punya pertanyaan lain yang lebih menarik ya.. - dan ini adalah tulisan saya yang ke-200. yay!

1 hari 1 perubahan

Dua minggu yang lalu saya menggunakan waktu saya untuk keluarga. Salah satu hal paling menyenangkan dari itu adalah kesempatan yang banyak untuk mengobrol dengan bapak dan godain mimi. Jarang saya bercerita tentang bapak, satu-satunya yang bergolongan darah A di antara 5 anggota keluarga. Paling terencana dan patuh aturan. Tiap ayah punya cerita perjuangannya sendiri-sendiri, dan mungkin cerita bapak saya tidak jauh berbeda dengan ayah teman-teman semua. Pertama ke Jakarta umur 17 thn ikut rombongan pedagang kain dari Cirebon, tinggal di satu kamar bersama ibu-ibu dan nenek-nenek para pedagang di daerah Poncol, Jakarta Pusat, tidak jauh dari rumah orang tua mimi saya. Kemudian setiap hari, bangun jam 4 pagi agar tidak perlu mengantri. Bekerja mulai dari pengisi bahan bakar di pom bensin hingga jadi mekanik bengkel ATPM Jepang. Lalu kuliah sambil bekerja. Perkuliahan malam tidak kalah perjuangan, ruang kelas tidak mencukupi jumlah mahasiswa sehingga jika terlambat bapak saya mengikuti

Semut

03.00 AM  Terbangun, ke kamar mandi, balik ke kamar, begini begitu. Tiba-tiba lihat dinding, lah ya kok ada garis panjang dari atap ke lantai. Saya ikuti jalurnya, si jalur semut. Apa ini? kata Mbak Enno Lerian ini gejala malas bersih-bersih. Tapi saya baru saja menyapu tadi sore. Oke baiklah mungkin ada yang terlewat. Telasar telusur tidak ada yang mencurigakan. Demi keamanan jam-jam berikutnya saya sapu-sapu dan bersih-bersih. Untuk beberapa saat kafilah semut mulai berkurang, sedikit demi sedikit mereka masuk ke sarangnya yang entah ada di bagian mana atap kamar ini.  05.00 AM nyiaahh.. muncul lagi. Baiklah sapu menyapu lagi, mungkin ada yang terlewat. "Kafilah semut ini pasti akan berkurang saat benda sumber berkumpulnya disingkirkan", pikir saya. Tapi apa benda itu, saya tidak menemukannyaa. huff. Oke untuk sesaat kafilah ini berkurang. 04.45 PM Kafilah semut ada lagi, sama ramainya dengan kafilah 03.00 AM. Baiklah saya sudah tidak bisa menemukan sumbernya. Segera saya

Bukan Bang Toyib

Oh yes. ini lagu tandingan "Bang Toyib" yang gak pulang-pulang itu, yang konon jika dicermati lebih lanjut musiknya menyadur lagu "Yaa Thoyibah" (maaf kalo salah tulis). Kalau penggunaan nada seperti ini wajar sekali dilakukan di genre musik dangdut sejak jaman dulu. Oh oke kembali ke Bang Toyib yang fofyular ini. Saya sedang mengamati acara musik di salah satu stasiun tv bersama teteh saya. Melihat begitu banyak orang yang sontak bergoyang dan menyanyi saat grup band Wali menyanyikan lagu mereka "Bukan Bang Toyib", saya terkesima. Hebat ya band ini.  Oke jika saya bandingkan dengan selera lagu mayoritas teman-teman saya, band ini akan jauh dari daftar lagu mereka dan juga saya. Iramanya melayu sekali, cenderung dangdut, dengan lirik yang sangat lugas. Tidak perlu majas dan susunan kalimat yang perlu dicerna lebih dalam, seperti lirik lagu Padi misalnya.  Bagian terbaik dari lagu adalah liriknya. Bagi saya, pencipta lagu "Bukan Bang Toyib" i

se.ku.ler

Ah macam mana pula saya sok-sok-an ngomongin sekulerisme. aishh. Entahlah tapi terkadang saya bertanya-tanya  bentuk sekulerisme seperti apa yang didengung-dengungkan ingin diterapkan di Indonesia?  Saya agak berdebar-debar jika membaca pengertian sekulerisme " secular     spirit   or   tendency,   especially   a   system   of   political   or  social   philosophy   that   rejects   all   forms   of   religious   faith   and  worship."  dari kamus   Memisahkan agama atau keyakinan dari kehidupan sehari-hari dan bernegara? apa ini maksudnya agama hanya sekedar ritual?  Saya tidak setuju kalau begini. Kenapa? (Pendapat saya tentu berlandaskan atas keyakinan saya akan Islam) Seorang ulama bilang dalam mendidik umat, dahulukan tauhid. Keyakinan bahwa Tuhan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri, bahwa Ia selalu melihat apa yang kita kerjakan, Ia tahu apa yang ada di hati dan pikiran kita sehingga apapun yang dilakukan oleh tiap-tiap manusia tidak lepas dari pengetahuan Tu