Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2013

Ibu bilang

Seringkali Ibu saya bilang "kamu itu orangnya kebanyakan mikir, lakukan saja gak usah kebanyakan mikir." Mungkin sudah takdir saya kebanyakan mikir, terbukti kalau membaca blog ini stock pikiran itu ada saja dari yang absurd sampai yang serius. Tidak heran, bahkan waktu lahir saja saya terbalik, kepala saya masih di dalam perut saking kebanyakan mikir. :D Komentar ibu benar-benar membuat saya berpikir panjang, nah lho mikir lagi. Saya rasa benar juga, dan saya sampai pada tahap berdoa untuk diajarkan bagaimana caranya berbuat. Begini begitu, saya mulai ikut kumpulan orang yang bertukar ide, kemudian sering lari dan sepeda pagi hanya untuk melatih motorik, bantu teman dengan bisnis sosial, beasiswa, kemudian sampai 2 tahun lalu saya bertemu orang-orang dengan mental "kerjain dulu saja, kita akan belajar seiring waktu" sampai terwujud Kelas Inspirasi 1 dan 2. Sungguh modal nekat dan penuh tantangan. Alhamdulillah Allah SWT menggerakkan banyak hati untuk membes

Memberi kesempatan

Pagi-pagi sekali selepas shubuh, mimi (ibu saya) sudah mengangkat telepon menghubungi para tetangga satu per satu. Minggu ini masjid di dekat rumah ingin mengadakan pembukaan pengajian setelah diliburkan ketika bulan Ramadhan. Biasanya memang seperti itu sehingga kegiatan majelis taklim ibu-ibu akan terpusat dengan program dari pengurus masjid umum. Saya hendak meluruskan badan lagi, tapi memutuskan mengamati kesibukan mimi hari itu. Satu per satu beberapa ibu-ibu tetangga diajak menyumbang konsumsi karena peserta pengajian lebih banyak dari kalangan kurang mampu, nenek-nenek dan janda tua. Sedekah disebar. Mimi pernah bilang, mungkin lebih mudah kalau mimi saja yang sediakan semua atau minta sumbangan sama anak-anaknya. Tapi bukan tersedianya makanan yang jadi tujuan utama tapi membuka peluang sebesar-besarnya bagi siapa saja untuk turut serta bersedekah. Kadang ada yang mengeluh karena ajakan mimi, tampaknya tiap saat ada saja yang diminta. Di lain pihak ada juga yang marah p

Pledoi para lajang

Sangat mudah untuk menghakimi perempuan-perempuan lajang yang sudah mencapai (bahkan melewati) usia umum untuk berkeluarga. Mereka yang terlihat asyik dengan hidupnya dan dianggap tidak mau bersuami atau menjadi ibu. Sebagian mungkin memang seperti itu, tetapi beberapa umumnya berkebalikan dengan apa yang dituduhkan. Seperti hal nya rezeki, ada jodoh yang ditahan ada yang disegerakan. Sebagian perempuan menjalani hidupnya dengan jodoh yang disegerakan, sebagian lainnya masih ditahan. Suka atau tidak itu sistem yang ada di dunia, dan saya rasa Tuhan punya maksud yang baik atas ini. Menerima kondisi tersebut adalah kewajiban bukan hanya bagi perempuan yang menjalaninya, tapi seluruh manusia. Ada yang bilang perempuan yang ditahan jodohnya ini sebagai orang yang tidak pernah mencari, terlalu pemilih, sudah ‘terlalu’ mandiri, dan berbagai ungkapan kreatif lainnya. Lain dari itu, kalau membeli baju saja dipilih, apalagi suami yang akan jadi ayah dan imam keluarga? Orang yang akan

Al Andalus (Andalucia) - Cordoba

Pesawat saya dari Berlin menuju ke Malaga. Sebuah kota di pantai yang jadi tujuan wisata banyak orang Jerman, kenapa? Karena tarifnya paling murah. :p Sambil naik pesawat 3 jam tanpa hiburan, saya menonton episode 29 serial Umar bin Khattab. Luar biasa Khalifah ini, tidak tahan saya harus menyembunyikan mata yang sembab karena melihat ilustrasi Umar RA yang tersaruk-saruk membawa karung terigu dan mengajarkan seorang ibu dari 4 anak untuk membuat roti. Sebelumnya ia mendengar anak dari ibu tersebut yang menangis terus menerus, dan Umar RA menegurnya karena ia terlihat abai. Ibu itu berkata, anak saya lapar dan saya tidak ada makanan, saya hanya mengaduk-aduk panci agar mereka tenang seolah saya sedang membuat makanan. Sontak Umar RA ketakutan akan tanggung jawabnya, setengah berlari mengambil kantung terigu dari Baitul Mal dan memikulnya sendiri ke tempat ibu tersebut. Beliau bahkan menghardik Aslam, asistennya yang memaksa ingin memikul kantong tersebut, "Apa kamu mau menangg

Syawal 1434 H - Berlin

Kota pertama - Berlin Kota ini teratur sekali, masyarakat maupun sistem yang ada di kota ini. Saya tidak memungkiri bahwa banyak sudut kota yang bau pesing, bau alcohol, atau orang-orang mabuk dan tunawisma. Namun memang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, saya merasa sangat mudah. Pengelolaan sampahnya pun rapi. Hal yang paling saya sukai adalah ketika pembelian air mineral disertai system deposit untuk botolnya. Ketika kita membeli air mineral akan tertera 2 harga 0.99 EUR untuk airnya, 0.25 EUR untuk botolnya. Jika kita mengembalikan botolnya, maka uang sebesar 0.25 EUR akan dikembalikan. Hal ini dimanfaatkan pemulung untuk mengumpulkan botol demi mendapatkan manfaat tersebut. Sisi lainnya: kompetitif sekali! Terkadang saya perlu berkali-kali bilang pada para pengumpul bahwa saya belum selesai minum :D Istimewanya para pelajar dan orang tua yang sudah pensiun Di setiap biaya yang ada di Berlin, selalu ada diskon untuk kedua golongan tersebut. Tidak heran ban

Muqadimah Syawal Trip 1434H

Tunai sudah keinginan berkunjung ke Cordoba (Mezquita) dan Granada (Alhambra), tentu jika kita bicara sejarah Al-Andalus (Andalucia, Spain) masih ada beberapa kota yang belum sempat saya kunjungi yaitu Toledo, Madrid, dan Sevilla. Ketiga kota itu merupakan pusat berkumpulnya ilmuwan Muslim dan tempat ide-ide yang menginspirasi Renaissance di Eropa, seperti peta dunia Al-Idrisi dan karya Ibn Rushd yang mengkritisi Aristotle. Adalah sebuah acara BBC Knowledge – Islam in Europe adalah yang membuat saya tergetar sampai sakit perut untuk berkunjung ke Al-Andalus. Sebuah wilayah yang pernah dipimpin oleh Muslim yang menghidupkan semangat ilmu pengetahuan sebagai cara mendekat pada Allah SWT dan bagaimana mereka menyemai sebuah lingkungan yang aman bagi semua umat beragama dengan adil, conviventia. Sebuah konsep yang berkebalikan dengan kecenderungan di Eropa di masa itu. Brilliant! Setiap Ramadhan, keinginan tersebut benar-benar meracuni pikiran, apalagi setiap acara Ramadhan ulasan