Suatu kali di persimpangan jalan, seorang teman meraih tangan dan mencoba menggenggam tangan saya. "kak tunggu..". Saya menoleh ke belakang, tidak sadar bahwa saya berjalan bersama teman lain. Lain waktu di sela perpindahan jam kuliah, seorang teman pria berkata "jalan lo cepet juga ya untuk ukuran cewek..". Saya cuma menanggapi datar, bukan pujian dan bukan hinaan, yang saya tahu saya sudah tiba di kelas.
Tidak jarang saya harus menoleh ke belakang dan menunggu ketika berjalan dengan orang lain. Sekedar merapat ke tembok atau memperlambat langkah. Tidak sadar. Ibu bilang "kamu kalau jalan seperti pakai kacamata kuda", kemudian menyarankan saya untuk pergi ke toko buku sementara beliau berputar-putar sambil belanja. Tidak tahu sejak kapan, tapi saya tidak ingat kapan pernah jalan di belakang. Sesekali pernah, tapi tiba-tiba saya sudah harus menoleh dan menunggu rombongan lainnya lagi. Tidak sadar.
Suatu kali teman kos saya pernah berusaha memperlambat jalan saya dengan memegangi tangan saya sepanjang jalan, tidak sadar, kemudian pegangan itu sudah terlepas. Saya tersadar ketika sudah di seberang jalan.
Dulu, suatu kali saya pernah bertanya pada teman yang sering saya tinggal tanpa sengaja, "gw ini orangnya terburu-buru banget ya?", waktu itu ia bilang "hmm.. gak ah. itu semangat". Ada kerumunan, saya terabas, meliuk zig zag, tidak sadar bahwa sedang berjalan bersama orang lain, kemudian saya menoleh dan menunggu kembali.
"Atiek.. tungguu cepat banget sih", teriak teman-teman sewaktu menuruni tebing dekat air terjun. Tapi dalam hati saya puas, karena disini, di depan, semua sudah aman ketika teman-teman tiba.
Entah sejak kapan seperti ini.
Berjalan cepat dan tidak sadar bahwa sedang cepat
Begitu penasaran apa yang akan terjadi di depan, apakah aman? berbahaya? menyenangkan? apa yang perlu saya beri tahu ke teman saya di belakang?
Terlalu ingin memastikan bahwa semua aman
Lalu tersadar dan memperlambat langkah, menoleh dan menunggu.
Terbiasa sendiri? Mungkin.
Secepat apapun melangkah, tidak peduli seperti apa di depan
Saya akan tetap menoleh dan menunggu teman perjalanan
Kita akan mengalami perjalanan ini bersama.
Tidak jarang saya harus menoleh ke belakang dan menunggu ketika berjalan dengan orang lain. Sekedar merapat ke tembok atau memperlambat langkah. Tidak sadar. Ibu bilang "kamu kalau jalan seperti pakai kacamata kuda", kemudian menyarankan saya untuk pergi ke toko buku sementara beliau berputar-putar sambil belanja. Tidak tahu sejak kapan, tapi saya tidak ingat kapan pernah jalan di belakang. Sesekali pernah, tapi tiba-tiba saya sudah harus menoleh dan menunggu rombongan lainnya lagi. Tidak sadar.
Suatu kali teman kos saya pernah berusaha memperlambat jalan saya dengan memegangi tangan saya sepanjang jalan, tidak sadar, kemudian pegangan itu sudah terlepas. Saya tersadar ketika sudah di seberang jalan.
Dulu, suatu kali saya pernah bertanya pada teman yang sering saya tinggal tanpa sengaja, "gw ini orangnya terburu-buru banget ya?", waktu itu ia bilang "hmm.. gak ah. itu semangat". Ada kerumunan, saya terabas, meliuk zig zag, tidak sadar bahwa sedang berjalan bersama orang lain, kemudian saya menoleh dan menunggu kembali.
"Atiek.. tungguu cepat banget sih", teriak teman-teman sewaktu menuruni tebing dekat air terjun. Tapi dalam hati saya puas, karena disini, di depan, semua sudah aman ketika teman-teman tiba.
Entah sejak kapan seperti ini.
Berjalan cepat dan tidak sadar bahwa sedang cepat
Begitu penasaran apa yang akan terjadi di depan, apakah aman? berbahaya? menyenangkan? apa yang perlu saya beri tahu ke teman saya di belakang?
Terlalu ingin memastikan bahwa semua aman
Lalu tersadar dan memperlambat langkah, menoleh dan menunggu.
Terbiasa sendiri? Mungkin.
Secepat apapun melangkah, tidak peduli seperti apa di depan
Saya akan tetap menoleh dan menunggu teman perjalanan
Kita akan mengalami perjalanan ini bersama.
Comments
*apasih
sedang di kota kah?
Iya titik itu yaaa..