Skip to main content

Semut

03.00 AM 
Terbangun, ke kamar mandi, balik ke kamar, begini begitu. Tiba-tiba lihat dinding, lah ya kok ada garis panjang dari atap ke lantai. Saya ikuti jalurnya, si jalur semut. Apa ini? kata Mbak Enno Lerian ini gejala malas bersih-bersih. Tapi saya baru saja menyapu tadi sore. Oke baiklah mungkin ada yang terlewat. Telasar telusur tidak ada yang mencurigakan. Demi keamanan jam-jam berikutnya saya sapu-sapu dan bersih-bersih. Untuk beberapa saat kafilah semut mulai berkurang, sedikit demi sedikit mereka masuk ke sarangnya yang entah ada di bagian mana atap kamar ini. 

05.00 AM
nyiaahh.. muncul lagi. Baiklah sapu menyapu lagi, mungkin ada yang terlewat. "Kafilah semut ini pasti akan berkurang saat benda sumber berkumpulnya disingkirkan", pikir saya. Tapi apa benda itu, saya tidak menemukannyaa. huff. Oke untuk sesaat kafilah ini berkurang.

04.45 PM
Kafilah semut ada lagi, sama ramainya dengan kafilah 03.00 AM. Baiklah saya sudah tidak bisa menemukan sumbernya. Segera saya minta pendapat Mbak Im, asisten rumah tangga kos saya ini. Sungguh dengan sigapnya. "Ayo Atiek, kita ubah aja layoutnya." Dalam hitungan menit, layout kamar saya berubah, plus disapu dan dipel 2x. Uyeah!

05.30 PM
Kafilah semut ada lagi. Luar biasa, kali ini berkumpul di tembok yang bener-bener tidak ada apa-apa selain tembok dan catnya. Saya minta lagi pendapat Mbak Im, lalu kami bersepakat menciduk semut dengan tisu basah dan menggaris-garis tembok dengan kapur anti semut. Maaf semut, meni teu pararuguh si kamu. 

06.30 PM
Saya teringat, 2 hari yang lalu saya ingin mengubah layout kamar. Mengingat tempat tidur dan lemari yang berat, saya urungkan niat, yah setidaknya saya tunda. Siapa sangka saya dibantu semut untuk mewujudkannya. Kalau tidak ada semut, mana mungkin secepat kilat Mbak Im membantu saya membereskan dan merapikan kamar ini. Alhamdulillah. :)

Kafilah semut saya berhutang. Maaf ya sudah digaruk pake tisu. :'(

Comments

Nard4Reynard said…
Pertamax! :)
Sekarang ane ngerti repotnya ngurusin semut
Nadya Saib said…
This comment has been removed by the author.
Nadya Saib said…
awwww... semmuuuttt...
*peluk semut* *satu-satu*
atiek said…
@reynard : berasa kaskus. kasih cendol ijo gak nih gan?
@comment kedua : kenapa diapuss?
@nadya : sini pelukin semut satu-satu.. ngeliatnye juga pegel aye..
Nard4Reynard said…
kasih juga boleh, id ane Nard4Reynard di kaskus... :D

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

untuk mahasiswa ITB dari Rendra

saya rasa kita semua yang mengaku orang muda, berpendidikan, punya berjuta teori yang mau dibenturkan dengan dunia nyata, punya berbagai idealisme yang belum diwujudkan, yang masih diam sampai sekarang (seperti saya), yang mau berubah, yang mau bergerak untuk siapapun, bangsa, umat, atau diri sendiri.. harus baca puisi dari sastrawan Rendra ini, tanda bahwa 30 tahun mahasiswa masih menghadapi masalah dan dilema yang sama. . sampai kapan mau diam dibalik menara gading ini?? menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada baya