"Dia memberimu dengan penolakan, dan menolakmu dengan pemberian "
Tidak bisa dihitung berapa kali saya mengeluh, perihal yang pelik sampai sepele. Tapi kalimat itu menyentak saya, hari minggu kemarin, di majelis pagi.
Hidup memang selalu melempar kita dengan batu.
Pemahaman kita tentang hidup berawal dari tempat yang rendah. Ketika kita sibuk dengan masalah sendiri, karena sebatas itulah pengetahuan kita. Lalu batu-batu mulai dilemparkan, ada yang besar, ada yang kecil. Seperti anak-anak kecil kita marah karena sakit, dan bertanya kenapa batu? Di tempat-tempat kita yang rendah, kita hanya bisa melihat dan mendengar diri kita sendiri. Kadang marah kemudian lelah.
Kemudian kita putuskan untuk berpijak di atas batu-batu itu, kadang tergelincir. Pondasi-pondasi pun terbangun, dan pandangan kita semakin tinggi. Dengan batu-batu yang terus dilempar, tempat kita sedikit-demi sedikit menjadi lebih tinggi.
Kita mulai mendengar beragam suara, dengan pandangan yang lebih luas, dengan angin yang lebih sejuk. Seumpama kita baru keluar dari sumur-sumur gelap, dengan batu-batu pijakan kita.
Mungkin yang kita perlu memang hanya percaya, fokus, dan istiqamah dengan jalan yang kita pilih baik, dalam konteks apapun.
"Qul, Amantubil-lahi tsummastaqim - Katakanlah aku percaya kepada Allah, kemudian pegang teguhlah pendirian itu" . Sepenggal nasehat Rasulullah SAW kepada Sufyan bin Abdullah ketika meminta fatwa tentang pendirian dalam hidup, sehingga ia tidak perlu bertanya kepada orang lain lagi.
Dengan batu-batu dan penolakan-penolakan kita akan berdamai.
Dan dengan pendirian yang teguh kita akan menyusun batu-batu menjadi pijakan.
Sehingga apa yang kita dengar adalah suara-suara yang tersaring baik, pandangan yang kita lihat mencakup segala penjuru, dan diberkahilah kita dengan pemahaman yang lebih baik terhadap segala hal serta hal yang paling penting : ketenangan (sakiinah). :)
Comments