Skip to main content

tentang pesan Jibril AS dan sabar

Pernah dengar hadits ini?

Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw, lalu berkata, “Hai Muhammad, hiduplah sesukamu namun engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu namun engkau pasti akan diganjar, dan cintailah siapa yang engkau sukai namun pasti engkau akan berpisah dengannya. Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin tergantung shalat malamnya dan kehormatannya tergantung dari ketidakbutuhannya kepada orang lain.” (H.R Ath-Thabrani)

Jleb banget buat saya yang masih hidup sesuka saya, berbuat semau gw, dan mencintai seperti tidak akan berpisah (konteksnya luas loh yaa...). Dua poin pertama jelas sekali soal tanggung jawab, poin terakhir buat saya bermakna ganda bahwa mencintai seperti akan dipisahkan perlu diimplementasikan sesuai kadarnya. 

Buat saya, mencintai seperti akan dipisahkan bermakna seperti berusahalah seperti akan hidup seribu tahun, beribadahlah seperti engkau akan mati esok. Bahwa kepastian akan berpisah nanti itu semestinya dijewantahkan dalam aksi dengan kualitas yang amat tinggi, seperti berusaha menunjukkan kasih sayang pada orang tua, keluarga dan orang-orang penting lainnya dengan Maksimal, sekuat tenaga karena kita pasti akan berpisah nanti.. Karena tidak ada waktu yang dapat diulang kembali sebelum sesal menyelinap hadir..

Bahwa kepastian akan berpisah nanti juga mengandung makna bahwa kesadaran sifat fana semestinya sudah tertanam hingga saat waktunya tiba, keikhlasan sudah terpancang kuat. Sifat fana adalah keniscayaan  hingga tidak perlu terlalu banyak air keluar dari kantungnya, dan kesedihan sudah teredam sebelum ia sempat keluar. 

"Kehormatan tergantung dari ketidakbutuhannya pada orang lain" terdengar sombong ya namun saya rasa memang cuma 1 Dzat yang pantas menjadi tempat kita bergantung.

Ingat ayat ini?

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Baqarah: 45-46)

Buat saya hadits di atas dan ayat ini terkait, tapi saya belum pandai merincinya, saya belum punya ilmunya. 
Yang saya resapi adalah bahwa Sabar bukanlah sebuah perbuatan pasif dan menunggu sehingga saya perlu melakukan anti-tesis pada tulisan saya tentang menunggu . Sabar lebih condong pada ketekunan, keteguhan dan kesungguhan dalam berusaha sambil terus memeluk-Nya sepanjang jalan. 
Sabar - Shalat, 
Usaha - Tawakkal. 

Tulisan-tulisan pemikiran ini penting buat saya di masa depan karena pikiran seperti roller-coaster, naik-turun-naik-turun. Kalau tulisan saya terbaca menggurui, ingat bahwa saya sedang bicara pada diri sendiri di masa depan yang mungkin 1 detik kemudian saya lupa dan perlu membacanya kembali. ;)

Comments

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

untuk mahasiswa ITB dari Rendra

saya rasa kita semua yang mengaku orang muda, berpendidikan, punya berjuta teori yang mau dibenturkan dengan dunia nyata, punya berbagai idealisme yang belum diwujudkan, yang masih diam sampai sekarang (seperti saya), yang mau berubah, yang mau bergerak untuk siapapun, bangsa, umat, atau diri sendiri.. harus baca puisi dari sastrawan Rendra ini, tanda bahwa 30 tahun mahasiswa masih menghadapi masalah dan dilema yang sama. . sampai kapan mau diam dibalik menara gading ini?? menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada baya