Skip to main content

Gumpalan daging


Sabda Rasulullah SAW, "Dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang ketika gumpalan daging itu baik, maka seluruh jasadnya pun menjadi baik. Sedangkan ketika gumpalan itu rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Gumpalan daging itu adalah Hati." (HR. Bukhari 52, 2051 & Muslim 107/1599)

Kadang kita menganggap hati orang lain maupun hati kita sendiri seperti terbuat dari pasir, ketika pasang datang coretan diatasnya bisa mudah hilang tanpa bekas. Kita lupa bahwa hati adalah gumpalan daging, bekas setitik pun tidak akan hilang. Kemudian mudah saja kita datang dan pergi tanpa peduli apa yang kita tinggal disana. Andai satu atau ribuan kata maaf bisa dipakai untuk menambalnya, mungkin tak cukup masa hidup kita. 

Ramadhan1433 H ini merupakan rangkaian pembelajaran, dan ujian di dalamnya semoga membekas baik untuk bekal saya kemudian. Masih tentang kesabaran, dan keikhlasan. Semoga Allah SWT ridha atas pengejaran saya atas hidayah dan petunjukNya. 

Tidak ada yang bisa menghilangkan bekas di gumpalan daging tersebut selain regenerasi dari sel-sel di dalamnya. Maka cuma perbaikan diri yang bisa membuatnya baik kembali. :)

Selamat Idul Fitri 1433 H, bukan permintaan maaf orang lain yang bisa saya harapkan namun semoga regenerasi sel-sel hati dapat berjalan lancar dengan petunjuk dan kasih sayangNya.. 

Comments

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be