Skip to main content

Bersyukur

Setelah saya mengingat-ingat, tampaknya banyak yang perlu di syukuri untuk tahun 2011 ini.
  • Sedikit jatuh bangun ingin punya publikasi ilmiah dan berpikir bahwa Indonesia harus lebih punya perhatian pada para peneliti, masa depan itu tentang inovasi bukan semata-mata menjadi yang paling murah
  • Konferensi ilmiah pertama bersama Agung, plus Kiki bertualang di Tamil Nadu, India. Setelah sebelumnya ke sampai di KL dan berjalan-jalan sendirian, saya pun sempat hilang di Petronas! Alhamdulillah sampai hari ini aliansi orang aneh ini masih kumpul kadang-kadang, asik buat diskusi dan berbagi. Kelabang nyebrang, Bro! :D
  • Kerja keras dengan sebagian besar anak kosan untuk mengejar kelulusan. Alhamdulillah tercapai yaa!
  • Kenalan dengan Beni, lewat Mona, yang ternyata menjadi jalan ke misi pribadi. Energi!
  • Bergabung dengan Wangsa Jelita, diundang Nadya, Fitria, Amirah, meskipun akhirnya saya memutuskan keluar untuk mengejar misi pribadi saya yang berbeda sektor. Senang sekali WJ ini melompat tinggi sekarang. Maju terus kita kolaborasi lagi ya, melalui caranya masing-masing.
  • Getol bangun pagi, olahraga, dan sharing ceramah yang saya dengar di radio lewat twitter. :D
  • Keponakan terakhir, Haydar, bolak balik operasi usus. Kali pertama Bapak terpaksa memberikan tanggung jawab pada saya untuk jadi seksi transportasi dan logistik, mondar-mandir Tomang-Cakung siang-malam. 
  • Belajar banyak di masjid Sunda Kelapa dan aktivitasnya. (makasih ko!)
  • Akhirnya punya thesis juga, dan wisuda dengan lengan jubah toga yang lebih panjang. (FYI tahun 2008 saat wisuda S1 saya asal ngomong akan wisuda 2 tahun lagi di Sabuga, lewat dikit sih 1 tahun, tapi hati-hati dengan apa yang diucap saat orang tua lagi bahagia. terkabul loh itu!)
  • Kembali ke kota halaman, melayani orang tua yang tanpa disadari sudah menjadi kakek nenek dengan 3 cucu. :') 
  • Cacar air pertama saat saya sedang di pedalaman Sulawesi Selatan.
  • Pekerjaan mulai sesuai dengan misi pribadi, Alhamdulillah, semoga istiqomaaahh.. :D
  • Perjalanan Sulawesi-Sumatera! Kepulauan ini memang indah, kita tidak terpisah laut, kita dihubungkan oleh laut. Jalesveva jayamahe!
  • Menemukan banyak teman seperjuangan, harus ditindaklanjuti!
  • Paper tidak jadi dipublikasi di IEEE. Alhamdulillah sekarang tahu ada konferensi-konferensi kurang profesional di luaran sana. 
  • Dan orang-orang yang hadir dan memberi banyaaak kesenangan, kita sudah ditakdirkan bertemu yaa :D

Tema beberapa tahun belakangan ini adalah membiasakan diri hidup tidak dalam keadaan yang nyaman dan 'aman' hampir dalam semua aspek.

Satu hal yang perlu digarisbawahi yaitu membiasakan hidup dalam ketidakpastian, bergantung hanya pada Tuhan dan usaha diri sendiri.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal rejeki, jatuh, bangun lagi, jatuh, bangun lagi, hidup terus, hidup terus, jangan berhenti!

Banyak pekerjaan untuk 2012, terutama dalam hal menjaga ketekunan.
Peluang ada tiap hari, persiapan harus segera.
Tetapi ada yang harus saya cari segera sebenarnya, mentor!
365 hari itu cukup ternyata, Alhamdulilaah.

No matter how deep the uncertainty, it won't last forever. Prepare for what comes next.

Comments

Nadya Saib said…
All the best Atieeeeek!
Semoga tahun 2012 lebih baik lagi, lebih sektakulerrrr :D
atiek said…
sama-sama Naad! up up up!

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

untuk mahasiswa ITB dari Rendra

saya rasa kita semua yang mengaku orang muda, berpendidikan, punya berjuta teori yang mau dibenturkan dengan dunia nyata, punya berbagai idealisme yang belum diwujudkan, yang masih diam sampai sekarang (seperti saya), yang mau berubah, yang mau bergerak untuk siapapun, bangsa, umat, atau diri sendiri.. harus baca puisi dari sastrawan Rendra ini, tanda bahwa 30 tahun mahasiswa masih menghadapi masalah dan dilema yang sama. . sampai kapan mau diam dibalik menara gading ini?? menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada baya