Pagi 31 Oktober 2011 saya buka mata, sampai juga saya di angka 25.
Saat saya mulai menerima ucapan doa, sahabat kami berpulang.
Terduduk saya menerima kabar duka
Pening saya mengingat setaun lalu terakhir kami jumpa, tepat sebelum Ramadhan
Berani dia mendaki, berkeliling, makan nasi garam mencari ayah mertuanya
Sebulan lebih gigih mencari petunjuk, sampai akhirnya petunjukNya benar-benar datang di akhir bulan Sya'ban
Menempatkan sahabat kami menjadi kepala untuk dua keluarga
Terpana saya melihatnya, bercerita sambil tertawa
Berusaha membuat kami tidak terlalu khawatir dengan keadaannya dan keluarganya.
Bayangan setahun lalu itu berulang-ulang terus di kepala saya
Hari ini saya jumpa ia kembali, tertutup kain dan terbujur kaku
Kita mengobrol lagi lewat doa ya, Po.
Hidup.
Sekejap mata saja ia berpulang
Sehela napas saja ia tidak akan kembali
Saat saya mulai menerima ucapan doa, sahabat kami berpulang.
Terduduk saya menerima kabar duka
Pening saya mengingat setaun lalu terakhir kami jumpa, tepat sebelum Ramadhan
Berani dia mendaki, berkeliling, makan nasi garam mencari ayah mertuanya
Sebulan lebih gigih mencari petunjuk, sampai akhirnya petunjukNya benar-benar datang di akhir bulan Sya'ban
Menempatkan sahabat kami menjadi kepala untuk dua keluarga
Terpana saya melihatnya, bercerita sambil tertawa
Berusaha membuat kami tidak terlalu khawatir dengan keadaannya dan keluarganya.
Bayangan setahun lalu itu berulang-ulang terus di kepala saya
Hari ini saya jumpa ia kembali, tertutup kain dan terbujur kaku
Kita mengobrol lagi lewat doa ya, Po.
Hidup.
Sekejap mata saja ia berpulang
Sehela napas saja ia tidak akan kembali
Comments