Skip to main content

Pilihan dan Takdir

Iman. Takdir.
Berminggu-minggu saya mempertanyakan kedua kalimat ini. Berminggu-minggu pula saya mencoba mencari jawabannya. Cari di search engine , di website baru para ustadz, di buku Pak Quraish Shihab. Ah beginilah nasib orang belajar otodidak. Sempat pula bertanya pada teman dan dijawab dengan definisi KBBI.

Takdir (qadar) berasal dari qadarra yang artinya kadar/ukuran yang ditetapkan Allah SWT atas sesuatu. (Quraish Shihab).
Bahwa setiap hal yang terjadi di seluruh alam ini telah ditetapkan ukuran-ukurannya. Ukuran-ukuran ini tidak bersifat memaksa, dan manusia bebas menentukan pilihannya. Dan setiap pilihan yang dibuat akan mendapatkan reward sesuai dengan sifat pilihannya, taat atau maksiat.
Saya cukup tercengang, biasanya saya selalu mendengar hidup-mati, jodoh, rezeki itu sudah ditentukan. Dari artikel dari eramuslim ini, saya tahu jodoh dan rezeki adalah salah satu takdir yang kita memiliki kebebasan untuk memilih.
Benarkah jika saya menyimpulkan bahwa ukuran / takdir yang dimaksud ini adalah seperti allowance atau batas toleransi atas sesuatu? Bahwa akan selalu tersedia pilihan, kita pegang kendali atas apa yang dipilih, apa yang menurut pengetahuan kita akan membawa kebaikan. Namun Allah SWT telah menetapkan ukurannya, kadarnya. Jika pilihan kita masuk dalam ukuran tersebut, maka Ia izinkan kita menjalani pilihan kita tersebut. Jika pilihan kita tidak dapat terwujud, maka pilihan kita tidak termasuk dalam ukuran yang ditetapkan, Ia tidak izinkan.
"Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal." (At-Taubah: 51).
Saya suka sekali ayat ini : 
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melaikan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (Al-An'am: 59).

Saya tidak percaya kebetulan, semua yang terjadi di dunia ini atas izin-Nya. Namun tetap sulit untuk benar-benar beriman pada takdir. Terkadang banyak kehendak saya yang tidak disetujui oleh-Nya, dan rasanya sering sekali saya mempertanyakan "kenapa?why God?why?!" sambil mengelus dada. Cetek ya imannya.
Tidak ada gunanya mempertanyakan takdir, karena disanalah ruang keimanan. Saya hanya pantas memastikan bahwa saya selalu yakin dalam mengambil keputusan.
Tidak ada keputusan yang salah jika selalu diambil dengan pengetahuan yang cukup dan keyakinan (iman).
Saya tidak selalu bisa memahami apa maksud Allah SWT atas hidup saya, rasanya saya hanya bisa berharap ia memberikan saya pemahaman yang baik atas kehendak-Nya dan mempertebal keimanan saya. Sehingga setiap hari bisa saya lalui dengan keikhlasan. :)

Comments

eh nanya dong tiek,
jadi kesimpulannya.. untuk urusan jodoh sebenarnya kita juga diberikan pilihan-pilihan itu ya?
Nggak sepenuhnya takdir/ditentukan Tuhan, ya?

*grinning
Ratna said…
kalo menurut pengertian saya mba, pilihan itu ada karena belum terjadi tapi begitu sudah terjadi itulah takdir yg tak bisa diubah lg

*makinbingungdeh* hehe
atiek said…
Ratna : bener banget mba Ratna! *semangat jawabnya* salam kenaal..
Batari : yang itu, masih blm jelas juga bat gw.. :p tapi pemahaman gw, persis spt yang dibilang mbak Ratna di bawah ini.. :D
ita said…
hai, salam kenal, numpang komen yaa.. :p

saya pernah dikasi gambaran simpel begini..

seorang ibu melahirkan anak di A --> bukan takdir, sebaliknya anak tersebut dilahirkan di A --> takdir

artinya, selama kita masih berkuasa untuk memilih, maka itu bukan takdir..

di Al-Quran, kata ganti Allah adalah AKU dan KAMI..
nah, kata AKU dipakai bila perannya hanya Allah sendiri,
sedangkan kata KAMI dipakai bila ada 2 peran di dalamnya, ada kontribusi makhluk lain, bisa manusia/malaikat.

hehe, maap panjang bgt komennya..

blognya menarik.. :)
atiek said…
halo ita.. waw! gitu yaaa? baru tauu.. mesti cari tau lebih banyak lagi nih berarti..
terima kasih sudah mampiirr.. :)
Zaenal Abidin said…
subhanallah,,
saya sedang bingung menghadapi permasalahan ini,,
samping kanann bilang takdir jodoh itu haqqullah,,
samping kiri bilang kamu masih percaya kan sama jodoh itu haqqullah,,
di depan bilang ikhtiyar tidak ada salahnya, ikuti apa kata hatimu, untuk hasil kita akan tahu nanti,,
di belakang bilang masa menyerah sih, ingat kan dengan firman Allah yang menyatakan bahwa Allah tidak akan merubah hamba-Nya kecuali hamba itu sendiri yang merubahnya..
huuufth,,
ingin berjuang tanpa orang tua tidak mantap
ingin berjuang dengan orang tua, orang tua sudah kepalang kesal, ingin kepastian terlebih dahulu
selain itu juga pihak orang tua dia sudah seperti kesurupan ingin menjodohkan dia
sedangkan dikarenakan saya tidak ada pergerakan, dia sudah mulai menyayangi orang yang ditujuk orang tua dia..
hati sudah tidak karuan,,
aku ingin berjodoh dengan dia, apakah Allah akan mengabulkan jika aku hanya berdo’a tanpa berbuat banyak. Aku tidak bisa berbuat banyak dikarenakan tidak ada dukungan terutama dari orang tua saya..
Intinya sekarang saya sudah berdiri sendiri tanpa teman demi mencapai satu tujuan.. akankah permohonanku ini tercapai.. Ya Allah, hamba mohon dengan sangat ya Allah.. jodohkanlah hamba dengan dia.. al-Faatihkah,,,

Sepeda Motor Bebek Injeksi Kencang dan IritJupiter Z1
PegiPegi.Com : Booking Hotel Murah & Mudah di Indonesia
Zakososa Blogspot
atiek said…
@zaenal abis : halo salam kenal.. hmm sabar yaa :)

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be