Skip to main content

Balada mahasiswi sleepy

Sejak September lalu saya jadi mahasiswi lagi. Aw, tampak segar dan muda. hihi. Tapi tak begitu kenyataannya. Sebagai mahasiswi S2 di bidang khusus yang kurang diminati, tentu kehidupan kuliah berbeda dengan masa S1 di program studi faporit (pavorit). Satu angkatan di bidang khusus hanya berdua saja dengan bapak-bapak departemen. huo perlu adaptasi.

Tentu bukan itu yang mau saya ceritakan. Alkisah karena menyeberang jurusan begitu jauh, dari area barat (FTI) ke area timur (FTTM) alias pertambangan. Entah kenapa saya bisa loncat kesana, tentu gara-gara ketertarikan saya dengan sustainable energy dan bagaimana cara membuatnya. Lalu, karena gap yang begitu jauh lintas pendidikan ini, saya harus merayap mengejar pengetahuan di bidang pertambangan, dimana untuk menguasainya butuh 4 tahun kerja keras + praktikum + ospek (hehe yang ini sih gak juga). Namun untuk program saya hanya disiapkan 2 sks saja, pengantar rekayasa pertambangan. Kuliah ini jam 7 pagi, tentu bukan masalah waktu, tetapi entah kenapa saya selalu mengantuk ikut kuliah ini.

Percaya deh, kuliah ini seru sebenernya. Ruang kelas di lab hidrogeologi, yang gelap, dengan jumlah mahasiswa 2 orang saja. Meskipun saya sudah tidur awal di malam hari, bangun-pagi-ku-terus-mandi, berangkat dengan musik pembangkit energi, burung-burung berkicau memberi semangat, saat menunggu pun saya masih semangat, namun, setiap memasuki lorong dan lab gelap itu, mata saya mulai redup, sayu, mengantuk. Ho apa yang terjadi. Seringsekali saya menulis tapi hanya 'sandi rumput' yang berbekas di kertas. Bayangkan sekelas hanya berdua dan saya terkantuk-kantuk. Apa perasaan pak dosen??

Hari ini saya kuliah sendiri, partner saya sakit (ah tapi saya menduga dia nonton bola.. jahatnya.. jihih). Dan saya masih terkantuk-kantuk dengan berbagai pose kamuflase ultimate! Rasanya si bapak dosen sudah sabar sekali, dan super-amat-sangat-bersemangat menjelaskan pada saya makhluk ajaib bernama 'tambang'.

Sangat-sangat butuh tips dan trik menghindari kantuk. Jangan beri solusi permen, karena sudah berbungkus2 permen saya makan saat kuliah dan tidak memberi pengaruh berarti, tetap saja pose kamuflase beraksi. HEHEHE..

Saya harus survive kalau harus kuliah sendiri lagi, demi menjaga perasaan dosen saya dan tentunya ilmu dia yang menguap begitu saja saat saya menguap karena kantuk. Sigh...

Comments

beni.suryadi said…
tiek? kuliah lagi ya..
ho, ho ho..
sip sip...

eh boleh tuh bagi-bagi lebih detil lagi cerita kenapa pindah "agama", hehehe.

i preparing for the same phase. tadinya pengen taun ini, apa daya duit belum cukup.
atiek said…
wow mau masuk apa?
rejeki pasti datang sesuai kebutuhan

wah bisa panjang ceritanya inih, hihihi.. blahblahblah

padahal cuma gara-gara pengen indonesia mandiri energi..
ekonomi energi dan sumber daya alam
ada tuh jurusannya di UI.
(baru tau setelah masuk ITB..*ceroboh)
tiek, saya juga pindah 'agama'. kalau atiek pindah ke tambang. saya loncat ke sipil. belajar probabilitas bikin jembatan, tender proyek, traffic engineering. huaaaaah. tapi motivasi lo lebih mulia.
motivasi gue apa ya hmmmmmmm..
atiek said…
ada baat..
jadi doseeen gituuu,,,
weh seru bat kalo lo bersinergi dengan rully. transportasi kita makin keren kayaknya..

ihihihi..
beni.suryadi said…
@batari : buat dapatin suami orang Jepang? mulia juga tuh, hahahaha.

anyway, ditunggu ceritanya tiek. beneran. lagi butuh insight juga ni.

bat, sekalian kalau mau cerita sharing sharing ya.. :-)
atiek said…
@beni : oh, cerita dimana nih? di blog juga?
@bat : lo udah makin mirip aja sama org jepang bat.. hihi
wks said…
Atiekkk,

Apa kabar?

selamat ulang tahun ya, hehehe telat bgt ya :P

wah seru banget ya, pgn kuliah lagi. ternyata masa kuliah itu menyenangkan, baru kerasa sekarang hahaha
atiek said…
malamala.. iya terima kasih malaa..
seru sih mal,, mudah2an sampai 2 tahun ke depan. hihihe

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

First Chapter: How we met and why we tied the knot?

It’s been a while since my last blogpost. I think my mind rest somewhere or i did not find something interesting enough to be written or maybe i let all those thoughts disappear with time.   Today is the last day in 2016 and I am on my way back to Jakarta from Yogyakarta with Nauval, who vowed to be my life partner a week ago. As a good friend of us had written our story , i feel flattered actually.. I think one story will not hurt anyone. :D So we met in April 2015, if I’m not mistaken, I don’t remember the date. But I do remember the place, and who were involved there. What had happened between May 2015 and December 2016 are only important for us hahaha.   Probably what is important to be shared is why and how I made the decision to marry a person next to me. HOW? I had met Nauval on March 2015 with Agung and Cinta. There was no follow up after the first meeting and I was very OK with that. Life was normal. Meanwhile, my Mom and her relations were eager t

memandang ibu dan balita dari sudut pandang yang lain

Saya kenal seorang wanita, dan ia sekarang memang sudah menjadi ibu seorang balita yang lincah dan pintar. sepengetahuan saya selama ini, sejak hamil sampai melahirkan, ia adalah ibu yang baik. Selalu menjaga jasmani dan rohaninya. Memakan segala vitamin, zam-zam, kurma, dan madu tidak pernah ketinggalan setiap hari. Ba'da maghrib, ia selalu mengaji, itu setiap hari. Saya tahu ia dan suaminya sangat menjaga kandungannya. Mereka belajar menjadi orang tua yang baik, mereka sangat bekerja keras untuk itu. Wanita yang kukenal ini adalah figur ibu yang sangat baik. Ia memasak makanan bergizi setiap hari, ia meninggalkan keinginannya bekerja untuk anaknya, ia adalah ibu dengan ASI eksklusif untuk anaknya, dan ia telah menjadi istri dan ibu yang baik, saya yakin itu. Namun bukan hidup jika tanpa ujian. Semakin bertambah umurnya, semakin pintar ia bicara, semakin pintar ia berkelit, dan menghindar. Ia mulai mengerti apa yang disukainya, ia mulai meninggalkan apa yang tidak ia sukai. Sayang