Banyak yang bilang, saya bagaikan titisan mimi saking miripnya.
*Mimi adalah panggilan saya untuk ibu, diambil dari tradisi Cirebon (kota asal ayah saya).*
Sedari kecil hubungan saya sangat dekat, tidak diragukan karena saya anak bungsu. Tidak pernah merasakan punya adik dan berlimpah perhatian. Setiap saya melihat mimi ada saja yang akan saya lakukan, mencolek pinggang, menciumi pipi, minta dimasakin ini itu, peluk-pelukan di tempat tidur, bertukar cerita yang meskipun amat-sangat-serius akan selalu berubah menjadi komedi. Mimi dari lahir sudah tinggal di Jakarta, dan bergaul dengan orang-orang betawi, jadilah candaannya khas betawi. Kalau tahu karakter emak di bajaj bajuri, sekilas pandang begitulah mimi (minus sifat matre yg keterlaluan dari si emak).
Singkat kata, Mimi adalah kebahagiaan.
Saya adalah anak yang manja, ya, penakut, ya. Sifat-sifat jelek itulah yang selalu membuat anggota keluarga saya, terutama mimi, khawatir. Di lain pihak, saya adalah anak yang keras kepala dan gak mau diatur. Sejak kecil selalu sekolah paling jauh, dampak : tidak punya teman di lingkungan rumah, main-sendirian-alias-gak-ada-yg-mau-nemenin. Sampai saat ini saya adalah anak yang berdomisili paling jauh, yaitu di tempat yang berlokasi 180 km dari jakarta, alias di bandung (doang!).
Akhir-akhir ini saya jarang pulang, tidak suka aktivitas telepon yang berdampak pada jarangnya saya menelpon rumah. Mungkin di rumah mereka khawatir, dan kebiasaan buruk saya itu berdampak pada pembicaraan telepon yang selalu diisi dengan
Mimi : "kamu gak kangen apa sama mimi, mimi udah kangen banget kamu kok cuek-cuek aja"
Saya : "hehehehe...kangen tapi belum (imbuhan me-) sempat (akhiran -kan) aja, mii" *pembenaran abis*
Mimi : "lagi ngapain de?"
Saya : "blah...blah...blah.."
Mimi : (tiba-tiba gak fokus sendiri gara-gara ada adegan sinetron *terutama Melati untuk Marvel*, atau karena mimi sudah ngantuk jadi ngelantur)
Saya : "mii??"
Mimi : "heeeeh.. renii (teteh saya) kacang ijo udah diangkat blooom (pdhl lagi gak masak apa2 loh, mimi memang suka ngelantur kalo lagi ngantuk*), yaudah hati-hati, jangan lupa makan, jangan pulang malem" (klik) tuuutt..tuutt
Saya : menatap telepon...
Gak jelas,, se gak jelas itu. Dan telepon seperti itu setiap 2 minggu sekali atau setiap saya berpikir untuk menelpon mimi dan akhirnya mimi duluan yang akan telpon saya.
Pembicaraan gak jelas itu mengindikasikan apa ya?
Apa mimi segitu kangennya sampe denger suara saya aja udah puas?
atau
wake up call buat saya untuk lebih perhatian pada keluarga di sana?
Yaah, bagi saya yang gak doyan sama aktivitas telepon2an, menelpon seseorang membutuhkan effort yang besar, dan jahatnya itupun berlaku untuk keluarga sendiri. di Lifebook 2009 versi majalah Elle (dicukil dari blog mbak Melur http://melurs.blogspot.com/search?q=life+book).
Maaakk,, plak plok plaakk!! Tampar aja tampar.
Ini salah satu hal yang belum saya lakukan, hal penting yang dianggap sepele. Tapi saya jadi penasaran, apa ya dampaknya buat mimi dan bapak? Akhir-akhir ini kedua orang tercinta saya ini sering mengeluh sakit, terutama penyakit gastritis. Penyakit ini biasanya dipicu stress. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kabar yang tak kunjung datang dari anak2nya.
Kalau frekuensi telepon saya meningkat apakah akan meredakan stress nya ya?
Jadi teringat keluhan mimi untuk teteh (waktu itu teteh masih kuliah di Bogor *yailah deket juga*)
"Dari ketiga anak mimi, cuma aa (kakak cowok saya) yang rajin telpon mimi cuma untuk nanyain kabar mimi. Heran kenapa anak-anak perempuan mimi pada cuek-cuek amat sih?"
dulu saya yang masih sma berpikir "nahlo teteh tega banget sih"
dan sekarang si ratu tega itu adalah saya.
I have to call them more often. Maybe u should try it too and we'll see what kind of magical things will happen.
*fyi : aa saya dulu tinggal di rumah mimi, tapi menyempatkan menelpon mimi kalau waktu istirahat kerja. Sekarang dia sudah berkeluarga dan tinggal terpisah, tapi kebiasaan ini gak ditinggalkan. Aa paling oke sedunia.
*Mimi adalah panggilan saya untuk ibu, diambil dari tradisi Cirebon (kota asal ayah saya).*
Sedari kecil hubungan saya sangat dekat, tidak diragukan karena saya anak bungsu. Tidak pernah merasakan punya adik dan berlimpah perhatian. Setiap saya melihat mimi ada saja yang akan saya lakukan, mencolek pinggang, menciumi pipi, minta dimasakin ini itu, peluk-pelukan di tempat tidur, bertukar cerita yang meskipun amat-sangat-serius akan selalu berubah menjadi komedi. Mimi dari lahir sudah tinggal di Jakarta, dan bergaul dengan orang-orang betawi, jadilah candaannya khas betawi. Kalau tahu karakter emak di bajaj bajuri, sekilas pandang begitulah mimi (minus sifat matre yg keterlaluan dari si emak).
Singkat kata, Mimi adalah kebahagiaan.
Saya adalah anak yang manja, ya, penakut, ya. Sifat-sifat jelek itulah yang selalu membuat anggota keluarga saya, terutama mimi, khawatir. Di lain pihak, saya adalah anak yang keras kepala dan gak mau diatur. Sejak kecil selalu sekolah paling jauh, dampak : tidak punya teman di lingkungan rumah, main-sendirian-alias-gak-ada-yg-mau-nemenin. Sampai saat ini saya adalah anak yang berdomisili paling jauh, yaitu di tempat yang berlokasi 180 km dari jakarta, alias di bandung (doang!).
Akhir-akhir ini saya jarang pulang, tidak suka aktivitas telepon yang berdampak pada jarangnya saya menelpon rumah. Mungkin di rumah mereka khawatir, dan kebiasaan buruk saya itu berdampak pada pembicaraan telepon yang selalu diisi dengan
Mimi : "kamu gak kangen apa sama mimi, mimi udah kangen banget kamu kok cuek-cuek aja"
Saya : "hehehehe...kangen tapi belum (imbuhan me-) sempat (akhiran -kan) aja, mii" *pembenaran abis*
Mimi : "lagi ngapain de?"
Saya : "blah...blah...blah.."
Mimi : (tiba-tiba gak fokus sendiri gara-gara ada adegan sinetron *terutama Melati untuk Marvel*, atau karena mimi sudah ngantuk jadi ngelantur)
Saya : "mii??"
Mimi : "heeeeh.. renii (teteh saya) kacang ijo udah diangkat blooom (pdhl lagi gak masak apa2 loh, mimi memang suka ngelantur kalo lagi ngantuk*), yaudah hati-hati, jangan lupa makan, jangan pulang malem" (klik) tuuutt..tuutt
Saya : menatap telepon...
Gak jelas,, se gak jelas itu. Dan telepon seperti itu setiap 2 minggu sekali atau setiap saya berpikir untuk menelpon mimi dan akhirnya mimi duluan yang akan telpon saya.
Pembicaraan gak jelas itu mengindikasikan apa ya?
Apa mimi segitu kangennya sampe denger suara saya aja udah puas?
atau
wake up call buat saya untuk lebih perhatian pada keluarga di sana?
Yaah, bagi saya yang gak doyan sama aktivitas telepon2an, menelpon seseorang membutuhkan effort yang besar, dan jahatnya itupun berlaku untuk keluarga sendiri. di Lifebook 2009 versi majalah Elle (dicukil dari blog mbak Melur http://melurs.blogspot.com/search?q=life+book).
"Call ur family often"
Maaakk,, plak plok plaakk!! Tampar aja tampar.
Ini salah satu hal yang belum saya lakukan, hal penting yang dianggap sepele. Tapi saya jadi penasaran, apa ya dampaknya buat mimi dan bapak? Akhir-akhir ini kedua orang tercinta saya ini sering mengeluh sakit, terutama penyakit gastritis. Penyakit ini biasanya dipicu stress. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kabar yang tak kunjung datang dari anak2nya.
Kalau frekuensi telepon saya meningkat apakah akan meredakan stress nya ya?
Jadi teringat keluhan mimi untuk teteh (waktu itu teteh masih kuliah di Bogor *yailah deket juga*)
"Dari ketiga anak mimi, cuma aa (kakak cowok saya) yang rajin telpon mimi cuma untuk nanyain kabar mimi. Heran kenapa anak-anak perempuan mimi pada cuek-cuek amat sih?"
dulu saya yang masih sma berpikir "nahlo teteh tega banget sih"
dan sekarang si ratu tega itu adalah saya.
I have to call them more often. Maybe u should try it too and we'll see what kind of magical things will happen.
*fyi : aa saya dulu tinggal di rumah mimi, tapi menyempatkan menelpon mimi kalau waktu istirahat kerja. Sekarang dia sudah berkeluarga dan tinggal terpisah, tapi kebiasaan ini gak ditinggalkan. Aa paling oke sedunia.
Comments
nelepon gih.. hehehe..
"kok kamu gak nanyain kabar bapak sih?
gw : "emang belom sembuh mi? sakit diare kan?"
mimi : "yee telat neengg,, pembengkakan lambung"
gila gw bener2 parah dah, mungkin bapak sama gw ada ikatan batin ya.. hehe sama-sama sakit
Sampe akhirnya skrg gw ditunjukin jalan untuk ngelanjutin kuliah di sini aja..buat nemenin mereka kali yah.Secara skrg sisa gw doank di rumah,yg laennya pada mencar.Gak kebayang aja gitu ngeliat bonyok celingukan berduaan doank..Yah walopun mereka bilang klo misalnya ada jalan buat ke luar mereka ngijinin..Tapi ternyata jalan yg dikasih sama Allah ya begini.Dan gw sangat2 mensyukuri itu..krn waktu kapan itu nyokap sakit(sejujurnya)gw paniiiiiik tapi tetep sok tenang..*doh*
Jadi gw skrg blajar buat lebih banyak nemenin mereka (walopun tetep gw suka ngendon di kamar juga)..hihihi..
Ternyata bukti cinta anak sama orang tua itu belom ada apa2nya yah sama yg mereka kasih ke kita..hukshuks :(
*maap loh kepanjangan..miss u..*
you are absolutely right!!
anw, jadi di MM UI?
jd ya sms aja deh..
kita ini anak2 emang suka aneh ya.
gue kemarin2 abis sidang 24 jam di rumah melulu, ketemunya nyokap gue lagi, nyokap gue lagi. bawaannya bosen.
akhirnya gue ke bandung, main2, sok ngurus ini itu, eh ujung2nya kangen juga sama rumah.
hah. nggak jelas deh.
anw tik, udah nelfon rumah belum hari ini? :)
batari : yah, bat, lagi2 keduluan, besoknya bokap gw yg telpon hahaha emang ikatan batin nya yahud..
makasih lho krn udah mengingatkan secara ga lngsng... ^^
ayo mari ikutan bergabung di Fujitsu Fans Club: http://www.myfufu.net -- Boleh2 tanya2 / diskusi or sharing tips2 / trik tentang Fujitsu Lifebook.
ciao...