Skip to main content

untuk mahasiswa ITB dari Rendra

saya rasa kita semua yang mengaku orang muda, berpendidikan, punya berjuta teori yang mau dibenturkan dengan dunia nyata, punya berbagai idealisme yang belum diwujudkan, yang masih diam sampai sekarang (seperti saya), yang mau berubah, yang mau bergerak untuk siapapun, bangsa, umat, atau diri sendiri..

harus baca puisi dari sastrawan Rendra ini, tanda bahwa 30 tahun mahasiswa masih menghadapi masalah dan dilema yang sama. .
sampai kapan mau diam dibalik menara gading ini??


menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka

matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan

aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan

delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
..........................

menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan

dan di langit
para teknokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

gunung - gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes - protes yang terpendam
terhimpit di bawah tilam

aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian

bunga - bunga bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
.................................

kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata

inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

RENDRA
( itb bandung - 19 agustus 1978 )
SAJAK INI DIPERSEMBAHKAN KEPADA PARA MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
DAN DIBACAKAN DI DALAM SALAH SATU ADEGAN FILM "YANG MUDA YANG BERCINTA" YANG DISUTRADARAI OLEH SUMANDJAYA

Comments

waw, ini buat mahasiswa itb yaa.. eksklusif juga kita..
hehe.

gila yaa, 8 juta anak ga sekolah..
atiek said…
iya, tertohok gak sih? itu tahun '77 lho, dan gw rasa gak berubah juga sampe sekarang,, bertambah mungkin..

yang buat UI juga ada..
Anonymous said…
sepakat tik,,
gmana kelanjutan rencana mau bikin sekolahnya waktu itu..? boleh tuh gabung saya.. : )
atiek said…
ayo boleh boleh
diansubrata said…
bner tiek..

*merasa ggal menyandang titel maha krn blom berbuat apa*

tp tiek, turun ke jln buat demo2 tanpa ngasih solusi yg baik sama aja ah parahnya, apalagi klo jd anarkis, apa bedanya ama preman yg gak skolah?

ayo2..
anda emg keren deh, mau bpikir buat org lain sementara byk org d jman skrg makin egois aja..
*tampar diri sendiri*
atiek said…
gw gak terlalu setuju sama demo sih,, melemahkan kondisi investasi dan sektor2 lain kena dampaknya.. kecuali sektor kaki lima.. hehehe

gw gak berpikir buat orang lain, yg gw pikirin tetangga2 dan sodara2 gw yg putus sekolah cuma gara2 duit melulu!! setiap orang punya hak berkembang, dan hak itu belum mrk dapat...hiks
diansubrata said…
gw gak berpikir buat orang lain, yg gw pikirin tetangga2 dan sodara2 gw yg putus sekolah cuma gara2 duit melulu!! setiap orang punya hak berkembang, dan hak itu belum mrk dapat...hiks

*tau gak, ini jg yg bkin gw gak setuju ama kebijakan 60% usm, ngurangin jatah spmb yg lbh bs menjangkau sluruh daerah (klo usm kan cm kota2 besar ato org daerah yg pny uang lbh *kan di daerah tetep 45jt*), dan menurunkan usm jd 20 jt (huaaa mending jatahnya buat spmb aja klo emg dananya uda ketutup ama yg 45 jt lainnya)..
Anonymous said…
Sekarang : 12 juta anak putus sekolah!

btw aku mau ngajak semua blogger Indonesia, dan siapa saja yang mencintai keindahan alam Danau Toba, Taman Nasional Komodo, dan Gunung Krakatau :

Ayo ramai-ramai ngasih suara dukungan, supaya ketiga obyek wisata kebanggaan kita itu menang dalam pemilihan sedunia "Tujuh Keajaiban Alam".

Info selengkapnya, klik aja link di bawah ini :

http://tobadreams.wordpress.com/2008/06/06/dukung-danau-toba-agar-masuk-tujuh-keajaiban-alam/

Terima kasih
Anonymous said…
yang muda yang bercinta itu kaya pilem jaman kapaaaaan gitu..
Anonymous said…
eh..Rendra nya beneran nulis
"SAJAK INI DIPERSEMBAHKAN KEPADA PARA MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG" ??
wah..
adnanb said…
ini cuplikan film nya ketika rendra membaca sajak tersebut :

http://youtube.com/watch?v=MQxEgrwJLkk

disaksikan oleh mahasiswa ITB tahun 77 yg mungkin sekali mrk adalah ayah2 kalian :-)

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang