Skip to main content

Kemana 4 TA yang raib atas nama saya??

sedih.. bukan .. lebih tepatnya bingung..
4 TA hilang karena kelalaian saya mungkin.
4 TA yang dipinjam atas nama saya, karena saya yang meminta tanda tangan kepada dosen bu Hilda matematika. Saya ingat sekali, saya yang mengusulkan sendiri, supaya lebih mudah nanti birokrasinya. Ternyata jadi pusing pada 2,5 tahun kemudian..

hahaha..

Rasanya ingin tertawa atas kecerobohan saya ini, uhuy.. mulai darimana ya penelusurannya.
Mungkin sebaiknya :
1. ke perpus mencatat TA yang hilang itu
2. ke bu Hilda mencari nama kelompok yang menggunakan TA itu
3. mencari teman saya yang tercatat namanya pada tugas
4. mengancam dengan surat kaleng
5. mendatangi rumahnya dan mengobrak abrik seisi rumah..

haha.. yang serius cuma 3 langkah kok.. pfiuuhh..
hanya satu yang saya takutkan, kehilangan semangat untuk mencari.. hehe sejauh ini sih belum, gunung pun kudaki, laut kan kusebrangi, kalo gak ketemu ya saya cetak lagi.. hehe kan ada bentuk pdf nya..
hihi semoga tidak terjadi ah. ah saatnya mengeluarkan kemampuanmu NINJA!!

Comments

sidhikara said…
semangaat tieek, gue yakin lo menemukan pelakunyaa. haha udah kaya tersangka ajaa..
diansubrata said…
tersangka 2 TA sudah ditemukan :
Mr. Black (kayak musuhnya saras 008)

semangat tiek nyarinya, 2 lagi, yeahhh..
sesuai janji, abis uts pemodelan, kubantu ngecekin atu2..
atiek said…
makasih teman, uh oh, aku terharu,
ni gw blom ngecek yang nim ganjil juga..

anw, thank you

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be