Skip to main content

SURPRISE!!

basi ah, sudah lama juga sebenarnya. tepat bersamaan dengan hiruk pikuk orang-orang (bergaya barat) yang merayakan haloween. kalau di Indonesia sebetulnya sih "malam 1 suro". wah bergidik rasanya kalau dengar kalimat itu.

saya ulang tahun, di akhir bulan. terkadang itu hal yang terbayang mengasyikkan karena gajian karyawan swasta di tanggal 25, yang akan berarti bahwa, cipritan slip gaji ituakan sampai ke kantong saya. But well, sejak kecil acara kado-kadoan, ulang tahun, dan semacamnya akan berakhir di konferensi duduk bersila di atas ubin yang dingin dengantelevisi yang dimatikan. Tentu saja agar khidmat. Setelah berdoa, piring dan makanan akan dihidang. Tidak mahal, tidak murah, cukup sederhana dengan ayam bakar nasi kunig, atau sayur asam, yang pasti tidak ada masakan selain aseli indonesia. Kenapa? karena lidahnya benar-benar tidak cocok. Kado? tentu saja tidak ada. momen seperti itu saja cukup bagi kami. Namun akhir-akhir ini memang jarang, akibat jarangnya saya pulang ke rumah. Rindu? iya pastinya.

Setelah hampir 4 tahun saya menuntut ilmu di institut gajah duduk ini, saya dan teman-teman punya kebiasaan yang gak boleh dilewatkan, SURPRISE, teruntuk teman-teman yang ulang tahun. Selama 3 tahun pula, saya repot, bohong sana sini supaya tidak ketahuan, bersama teman-teman lain. Silih berganti. Namun saya, di tingkat 2 dan 3 tidak pernah kecipratan tradisi itu. Kenapa? ya, karena bertepatan dengan libur lebaran. tentu saja kami semua di rumah.

Kalau dihitung-hitung saya pernah di-surprise-in 4 kali. 1 = saat suit sepentin (SMA), 2=TPB ITB bersama teman SMA, 3=tingkat 2, di rumah, tentu dengan harjo, halley, riko; 4=tingkat 4, dengan teman kuliah di sari bundo. Wah, beruntung juga saya ya. Teringat statement Aswan "baru kali ini saya di surprise in" pada bulan november 2007, di umurnya yang ke-22.

Oh, tapi mengenai surprise itu, akhir-akhir ini menjadi mudah ditebak. Termasuk ulang tahun saya, karena teman-teman saya memang suka heboh sendiri. di LSIK teriak-teriak, padahal saya sedang shalat di ruang sebelah. Teleponan di dengan volume yang tetap besar, saya tepat disampingnya. Sms yang baru datang jam 7 malam, mungkin mereka baru terima jarkom, atau kesepakatan untuk berpura-pura menjadikan harinya biasa saja. Dan ter-ultimate, edo si pelatih taiwan yang mengira surprise sudah dilakukan, lalu mengirim sms, gimana sari bundo-nya. Hey, saya belum disana dan tidak tahu ada apa. Hehe. sebagai pelaksana acara selama bertahun-tahun, saya hafal trik-nya. Maaf.

Tapi tidak mengurangi kebahagiaan saya kok, teman. Terlepas dari janji saya sama dannu. Saya senang, senang karena tidak kaget, senang karena teman-teman masih ingat dan menyempatkan diri, senang karena saya senang. Cukup segitu saja. Kebahagiaan sederhana, saya ingin sekali mencapainya.

Comments

Anonymous said…
mang lo ulang taun kapan tik?
gw emang dari dulu punya memory disorder mengenai tanggal2an..huhuhu..
haha. jangan mengharapkan rasa surprise nya tik. harapkanlah kue nya. haha.
Anonymous said…
Oi, achei seu blog pelo google está bem interessante gostei desse post. Gostaria de falar sobre o CresceNet. O CresceNet é um provedor de internet discada que remunera seus usuários pelo tempo conectado. Exatamente isso que você leu, estão pagando para você conectar. O provedor paga 20 centavos por hora de conexão discada com ligação local para mais de 2100 cidades do Brasil. O CresceNet tem um acelerador de conexão, que deixa sua conexão até 10 vezes mais rápida. Quem utiliza banda larga pode lucrar também, basta se cadastrar no CresceNet e quando for dormir conectar por discada, é possível pagar a ADSL só com o dinheiro da discada. Nos horários de minuto único o gasto com telefone é mínimo e a remuneração do CresceNet generosa. Se você quiser linkar o Cresce.Net(www.provedorcrescenet.com) no seu blog eu ficaria agradecido, até mais e sucesso. If is possible add the CresceNet(www.provedorcrescenet.com) in your blogroll, I thank. Good bye friend.
Anonymous said…
haha..surprise yang tidak surprise

Popular posts from this blog

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan