Skip to main content

Zus Atiek Wannabe

akhir-akhir ini saya lagi semangat-semangatnya pake jilbab panjang.
Kenapa ya?
akh, saya anggap itu sebuah fase percobaan atau masih terbawa suasana arabia.

tapi, saya jadi berpikir ulang. Dulu, waktu smp, saya berantem terus sama mimi (ibu) tentang keinginan saya pakai jilbab. akhirnya saya pendam keinginan itu dan bilang sama diri sendiri. Kalau saya udah kuliah, pake jilbab. Tidak diucap, hanya di hati. Dan saya pun lupa pada akhirnya.
Tapi ternyata Allah sudah mencatatnya terlebih dulu. tanpa reminder ber alarm-pun Dia sudah ingat. alhasil setelah patah hati, *walah bahasanya*, lebih tepatnya merasa hampa dan kosong. yakin se yakin-yakinnya menutup aurat saya. ow.. klise..

Tapi bagi saya, jilbab itu penghormatan saya terhadap diri sendiri. Sejak dulu saya tidak suka ada laki2 ngeliatin saya, saya takut, karena tidak tahu apa yang ada di pikirannya. Apakah baju saya terlalu ketat, terbuka?
ah pusing!!waktu smp pelecehan seksual jalanan itu kadang saya alami, mulai dari kernet iseng sampe penumpang mesum. Untungnya gak parah-parah amat, tapi tetep aja RENDAHAN! Padahal baju saya waktu smp - sekarang, cupu berat. Gak gaya sama sekali. Rok pun lebih panjang dari semestinya.

Sekarang merasa sedikit lebih aman deh. dunia akhirat. Rasanya punya utang terus. Misalnya ditanya kapan pake jilbab? banyak dari teman bilang, nanti kalo sudah nikah atau punya anak. Saya pikir, mungkinkah kita sampai pada umur itu? Hanya tidak mau menyesal saja sebenarnya.

Hidayah itu memang turun pada umat yang dikehendaki-Nya. Tapi bukankah semakin besar usaha kita untuk mencari dan mendekati Allah, semakin cepat hidayah itu sampai ke kita kan? yah, sekedar bagi2 cerita buat teman-teman muslimah.

oy, udah cocok belom gw jadi Zus Atiek??

Comments

Anonymous said…
Zus Atiek?? hehehe, mau liat dooongggg.. :)
aldud said…
tiek, pake jilbab panjang, bedanya ama pake jilbab pendek apa? biar lebih mirip Hattori-kun yah?

huehuehueh.
piss.
Anonymous said…
hwalah... ada latar belakang patah hati toooh. wahahahaha...

hoho.. emang tik, kadang yang paling menyakitkan itu bisa menghantar kita ke jenjang yang lebih tinggi.

jadi zeus atiek? kapan2 deeeeh... hwahahaha... bercanda bu!

-yasmin-
atiek said…
hehehehe

piss ah
Sannya said…
wa...atiek...
gw baru sadar, zus itu seus ya? hehehe

smangat deh tik

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

untuk mahasiswa ITB dari Rendra

saya rasa kita semua yang mengaku orang muda, berpendidikan, punya berjuta teori yang mau dibenturkan dengan dunia nyata, punya berbagai idealisme yang belum diwujudkan, yang masih diam sampai sekarang (seperti saya), yang mau berubah, yang mau bergerak untuk siapapun, bangsa, umat, atau diri sendiri.. harus baca puisi dari sastrawan Rendra ini, tanda bahwa 30 tahun mahasiswa masih menghadapi masalah dan dilema yang sama. . sampai kapan mau diam dibalik menara gading ini?? menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada baya