Skip to main content

Indonesia Raya!

saya lupa kapan terakhir kali saya menyanyi Indonesia Raya. apalagi dengan penghayatan..

saya lupa, atau mungkin saya lupa kapan jadi orang Indonesia..selama ini hidup ya seperti ini saja, seperti manusia tanpa bangsa.. gak salah sih, tapi rasanya kosong.

ah, ada-ada saja hati saya ini,, menangis hanya karena mendengar Indonesia Raya, bersalah karena sudah terlalu lama saya berkhianat pada Oprah.
Air mata saya diberikan pada talkshow populer itu, sambil terus menambah pundi-pundi emasnya. Lalu bagaimana pundi-pundi emas rakyat saya?
Sekali lagi mungkin saya tidak salah, tapi ya tetap saja bersalah..

Salah karena bangsa ini ada bukan ujug-ujug, "ini atiek, saya kasih Indonesia, kamu tinggal disana yah."
berpikir tentang Indonesia merupakan bahaya, di awal kisah bangsa ini sampai sekarang.. ada banyak pengorbanan dan keikhlasan tetapi sekarang saya malah berkhianat, bukan pada presiden *saya kurang peduli dengan pemerintahan penuh intrik dan skandal ini*

tetapi saya berkhianat pada kakek, nenek, pada rakyat, pada tetangga saya, komunitas.. ah banyak sekali dosa ini, bertumpuk-tumpuk..

sering sesak disini, di dalam rusuk, saya bisa apa?

Comments

Amalia said…
tiek, gw pernah loh nangis waktu denger lagu rayuan pulau kelapa, pernah jg nahan nangis waktu lg nyanyi lagu indonesia pusaka..huhu..
klo gw ngerasa semakin gw jauh dari indo, semakin gw ngerasa klo gw cinta indo tiek..jd lo tengokin gw aja kesini..hehehe :)
atiek said…
haha.. maunya sih gitu..
katanya kalo di negeri orang memang lebih berasa yah?
ita mah disini kayaknya so..so aja.
soalnya masih deket keluarga.. hehe
pulang lo! jangan bikin kaya negeri orang aja. haha
aLia_noZa said…
hai2!alia nih tik,,

iya tik menurut gw indonesia emg ga ada "ujug2".kebayang ga kalo ga ada perjuangan para pahlawan dulu mungkin kita sekarang ini keadaannya lebih buruk dari aborigin di tanah australia..
seorang teman pernah bilang, kalo sekarang ini tiba2 belanda ngejajah kita lagi, apa yang bakal lo lakuin? jujur jawaban gw adalah : migrasi-in keluarga besar ke singapur. kenapa singapur?karna deket.

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be