Skip to main content

halo mahasiswa indonesia

he..yah.. kenapa tiba2 saya nanya?
ya, karena saya gak ikut upacara hardiknas di kampus untuk american idol.
ya, karena saya bertanya2 kemana kita saat 1.8 juta hektar hutan habis dalam setahun dan indonesia masuk buku rekor sebagai negara penebang hutan tercepat di dunia.
hm.akhir2 ini banyak nonton tv dan beritanya menyedihkan semua, ya indonesia, ya dunia..
ya, karena saya malu,anak muda kaya kita ini hanya mikir perut, ya perut.. kuliah buat apa? dapat ijazah, ip gede,masuk perusahaan asing,duit banyak, mobil rumah mewah, dan tanpa sadar bikin kesenjangan lebih lebar..(negatif amat yah??) ya gak salah juga, toh di agama yang saya yakini, manusia ini ada untuk bekerja, berusaha, ikhtiar tapi tetep tawakkal -->menyerahkan segala keputusan sama Tuhan. gak salah. yang salah itu kalo lupa sama sekeliling.

ya,saya malu karena buruh pabrik,tkw hongkong,anak sma, orang dusun yang gak pernah sekolah bisa membuat perubahan, saya mahasiswi itb.. nothing.

habis berbicara tentang negara sama teman saya ketua ppi enschede belanda. kesimpulan sama, pemerintah memang dableg (keras kepala,gak bisa dibilangin)..tapi bukan berarti gak ada yang bisa dilakukan kan? yah,tugas memang banyak,saya sangat tahu itu. tapi sedikit saja mikir tentang generasi ini mau dibawa kemana, juga pantas untuk dipikirkan. kami tahu banget banyak orang pinter di indonesia, punya solusi besar untuk negara, tapi gak semua pejabat di atas sana mau dengerin..gerak independen malah lebih terasa gaungnya.

mau nunggu dulu sampe sukses?
kalo nunggu kita sukses dulu, begini kondisinya :
1. hutannya udah gak ada --> 1 menit=hutan seluas 6 kali lapangan sepakbola habis
2. pulau jawa udah tenggelam sama lumpur atau air laut akibat global warming
3. jakarta udah jadi the next atlantis, dan bandung balik lagi jadi danau bandung
4. sawah petani di lembang udah jadi tpa baru akibat longsor sampah beberapa hari terakhir ini
5. sungai udh lebih lebar dan semua penduduk jadi manusia perahu
6. petir sama angin ribut hampir setiap hari karena cuaca udah gak bener
7. anak sd udah nyimeng, nyabu, cabul atau bahkan dugem
8. guru2 udah gak bisa ngajar akibat lapar
9. buruh pabrik kerja dengan perut kosong sementara pengusaha pun gak sanggup ngambil untung akibat perusahaan asing makin tajam saja cakarnya di ekonomi indonesia (iya kalo masih ada perusahaan)
10. orang kaya di bumi naik roket ke mars, dan yang miskin spt indonesia ini cuma bisa menatap dari perahu2, kapan bisa makan..

anything could happen kan jaman sekarang.. apatis lumrah terjadi akibat kecewa. tapi kecewa terus kapan maju nya? nunggu sampe sukses? masa depan bukan punya kita, yang pasti, hari ini bisa berbuat apa untuk indonesia dan dunia yang lebih baik?

mari..yang mau ngomongin hal ini, sama gw yuk. bikin sekolah kaya Qaryah thayyibah di salatiga. anak2 smp yang sudah meneliti agrobisnis, energi alternatif, limbah. belum lagi film pendek, buku2. siswa kreatif gitu. syukur2 kalo bisa gratis. still searching gimana mewujudkan mimpi kecil ini.

Comments

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

untuk mahasiswa ITB dari Rendra

saya rasa kita semua yang mengaku orang muda, berpendidikan, punya berjuta teori yang mau dibenturkan dengan dunia nyata, punya berbagai idealisme yang belum diwujudkan, yang masih diam sampai sekarang (seperti saya), yang mau berubah, yang mau bergerak untuk siapapun, bangsa, umat, atau diri sendiri.. harus baca puisi dari sastrawan Rendra ini, tanda bahwa 30 tahun mahasiswa masih menghadapi masalah dan dilema yang sama. . sampai kapan mau diam dibalik menara gading ini?? menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada baya