Skip to main content

atiek ketik

planning..
analysis..
bla..bla..bla..
modul pti ini sudah di tangan..
tetapi
otak saya masih ingin bercerita ..
dan akhir-akhir ini tangan saya makin tidak bisa lepas dari keyboard acer travelmate 270 ini..
enta karena keypad nya yang enak.. atau saya memang senang mengetik..

mungkin pengaruh nama..
atiek = anak ngetiek
atiek = asik ngetiek
lah.. macem-macemlah..
gara-gara hobi saya ini, teman2 mulai mengarang bebas tentang proses kelahiran saya..
ada yang bilang saya lahir langsung minta komputer untuk ngetik ..
ada yang bilang tangan saya sudah mengetik-ngetik dari rahim..

namanya juga anak ti.. kalo gak ngehayal bukan bagian dari komunitas aneh ini..

aneh juga sama diri sendiri.. kenapa saya lebih bisa berpikir jernih kalo tangan saya melakukan gerakan mengetik-ngetik..rasanya mengalir saja dengan sendirinya..
sampai mengkudeta laporan pertanggungjawaban teman saya..
saya hanya ingin mengetikkkk... tolong... heheuheu

takdirku ini memang jadi anak yang aneh.. absurd..
yasudahlah.. yang penting saya senang..
heuhueheu..
lagipula hobi saya ini bermanfaat kok.. :))

Comments

Amalia said…
This comment has been removed by the author.
Amalia said…
Atieeekk..akhirnya baca blogmu jg..hehe :)
Aku link ya blognya..
gua juga suka ngetik tiek. Tapi entah mengapa jadi suka diledekin anak2 gara kebiasaan itu. hahahaha. nasiib.
atiek said…
halo li.........
heheuheuheuheueuheu
blog gw ini konyol.. hheheuheu
tentu saja
atiek said…
iya bat...
padahal kan enak..
tak..tik..tukk...
sunandar said…
nice info bro..keep posting

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang