Skip to main content

zuswajilbab

hukum alam menyatakan.. adaptasi atau mati!
keren ya? sebenernya cerita ini gak nyambung juga sama hukum alam.. hehe

alkisah, seorang anak menemukan jalannya..setelah sekian lama bimbang akan bagaimana ia menjalani hidup. terus menenutup mata akan kesalahannya, atau berubah.
Dan kemudian, -kebetulan setelah ia putus cinta-, kesadaran ..(bisa juga disebut hidayah) itu datang.

Berubahlah ia di suatu pagi yang cerah di jaman tpb.
karena anak ini terkenal aneh, nyeleneh, gak bener, diselimuti kabut ambiguitas atas gender, (meski saya lebih suka menyebut dia 'unik') dan lain-lain sesuka teman-temannya yang-sering-gak-sadar-kalau-mereka-aneh-juga, terjadilah kekacauan yang tersebar merata :

para zus-zus (sebutan untuk wanita berjilbab yang kadar keimanannya sudah tinggi) menyeruak, menyambut ia dengan cipikacipiki dan kata-kata penyejuk lainnya .. hmm penyambutan yang manis..
yang lain, menatap dengan aneh, heran, kaget, seneng, gundah (nah yang ini karena takut ditanya "kapan nyusul?")
sebutan-sebutan pun mulai muncul 'kodok berjilbab'..'ninja'..etseterah etterserah bla bla bla..
dia pun melenggang saja, tertawa-tawa, menambahkan lelucon teman-temannya
hanya perhatian berlebihan..pikirnya
dia pun mengira masa depan akan menjadi lebih cerah..secerah mentari di musim kemarau.. panggilan zus pun akan melekat pada dirinya.. seiring bertambahnya iman..

bukan hidup jika ia berjalan tepat sesuai perkiraan..
yang dia alami sangat amat jauh melenceng dari harapan..
bukanlah zus yang menjadi nama tengahnya.. ninja lah yang menjadi identitasnya..
bukan iman yang bertambah.. malahan ilmu-menghilang-daiNippon yang menjadi trademark nya..
kejahatan pun sering dilakukan,
melempar senjata kata-kata
menghilang
ditandai dengan raibnya cpu di kontrakannya..
pun prestasinya dalam olahraga.. berusaha menggunakan kekuatannya dalam menanggulangi bola.. berharap bisa menghilang lalu muncul di depan ring lawan.. tapi apa daya..belum sekuat hattori tampaknya..

bukan keanggunan yang dia raih
pun predikat zus makin jauh saja rasanya..

dan suatu hari, seorang teman berhasil menyalip usahanya menjadi zus-zus.
hanya dengan berbekal shampo sunsilk hijau ukuran besar yang dibawanya kemana-mana..halangan gender kelaki-lakian pun tidak menghalangi pengakuannya sebagai zus-zus..
teman ini pun meraih gelar kehormatan 'zuswajilbab'..
dimana keadilan!!

Comments

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be