Skip to main content

poli poli poli gamii..

poligami itu rukhsah saja. Seperti sholat boleh duduk bagi orang sakit. Seperti sholat jama dan qashar bagi orang yang bepergian jauh. Asal syariatnya ya monogami. Artinya kalau dalam kondisi normal yang utama tetap monogami. Jika poligami mendatangkan mudharat, bukan manfaat, hukumnya bisa makruh, bahkan haram. Jadi tidak sembarangan. Namanya juga rukshah….
Berbuat adillah ia lebih dekat dengan taqwa, kata Allah dalam Al Quran. Dan monogamy itu lebih adil, jadi lebih dekat pada taqwa, sms Habib lagi. (Habiburahman el shirazy.penulis Ayat2 Cinta)

nb : rukhsah itu keringanan dari 4WI

saya ambil dari blog nya mbak Helvy Tiana Rosa -novelis andal dari Forum Lingkar Pena-
om Habib ini menulis poligami juga di novelnya, cerdas sekali mengemasnya. jadi indah..

orang itu sering melihat hukum setengah-setengah, jadinya tanggung.. trus dengan pengetahuan sedikit pun sudah berani menghakimi.. meski kadang saya juga seperti itu.. jadi malu.
setiap orang bertanggungjawab atas perbuatannya,
pun kita yang bertanggungjawab atas komentar kita..
pinter-pinter jaga hati nih.. huhee

Comments

eh, lo bersedia di poligami tak tiek?
Gua kalo nikah nanti mau bikin MOU sama calon suami gua, poligami is not allowed..
atiek said…
hahaha...
seperti kata2 om habib..
monogami lebih dekat ke taqwa..
bilangin ikram yah tentang MOU lo..huahuauha

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

untuk mahasiswa ITB dari Rendra

saya rasa kita semua yang mengaku orang muda, berpendidikan, punya berjuta teori yang mau dibenturkan dengan dunia nyata, punya berbagai idealisme yang belum diwujudkan, yang masih diam sampai sekarang (seperti saya), yang mau berubah, yang mau bergerak untuk siapapun, bangsa, umat, atau diri sendiri.. harus baca puisi dari sastrawan Rendra ini, tanda bahwa 30 tahun mahasiswa masih menghadapi masalah dan dilema yang sama. . sampai kapan mau diam dibalik menara gading ini?? menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada baya