Skip to main content

5 times

As usual, traveled from east to central Jakarta on Sunday morning. These past two weeks, I added one route, to South Jakarta to learn and expand perspectives. Here I write my souvenir from this changing habit.

Two meetings that I'd attended examined the same topic: How Moslems welcome problems
Problems are inevitable, we all know that. What we seek is not the absence of problems, but that in every problem we've been going through, seek for wisdom or lessons. Stated in QS 23:115 

Then did you think that We created you uselessly and that to Us you would not be returned?

Challenges/problems come when we are in a process to grow, just like any other creatures, well in human it is more complex but the logic is still the same. Even when we are born, we went through challenges to come out. Cool baby!

So we sat and listened to him. I don't remember his name but he is a postgraduate from Wali Songo institute. Anyway I think what he said is quite structured and simple on how Moslems welcome problems.
First thing first, Istighfar (seek for absolution) then 

5 times Alhamdulillah (grateful)
1. Alhamdulilllah, that Allah is not giving us harder problem, even if God is beyond able to do so. Seek for lessons to be learnt, seek for wisdom
2. Alhamdulillah, that it is not undermining our aqidah. The worst problem is when the problem takes you further from God.  
3. Alhamdulillah, that these problems will swap away our sins. Be smart in dealing with it
4. Alhamdulillah, that only with problems we grow, upgrade ourselves. As we know, in life we have exam first then we learn, and yes life is not a regular school. Those who are smart will find themselves become better Moslems. 
5.  Alhamdulillah, that these problems will soon become longer rewards in the future. We do believe in afterlife right?

Sometimes we tend to compare our life with others, even compare what good deeds that we've done and correlate it to our problems. Why people that doing so many bad things still live in prosperity, happy, seems like live without problems? 

We shall remember that our good deeds will help us in the future life but it is not a single guarantee. We live seeking for Allah's blessings only. Don't compare your good deeds with others. Just give your best shot (one more time) for God only. 

May we be able to welcome any problem, smile and go through it in a better way, thus we shall be granted by wisdom and blessings. :)

Comments

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be