Skip to main content

Save enough room

My big brother is one of the most kind and sincere heart men in my life. His heart is bigger than his head sometimes, that is why sometimes I look at him when my head fools me.

Last night we gather, he and his wife will perform Umrah in 9 days. We apologized for what we've done and my big bro kiss my forehead. I realize how my big bro has been very care for me since forever.

They'll leave their kids, 7 yo and 3.5 yo. The little family are amazingly close at each other. They almost never go anywhere being separated. Now, the parents will go abroad, and the little one is the one that we are worry about.

Then we came up with Hajj stories from my sister-in-law mother. She performed hajj with 2 young moms, one left her 3 yo daughter and the other mom left her 2 yo son. They almost never thought about their children during the hajj, when suddenly they missed their toddlers a lot. In Madinah, when they were in Raudhah, a little girl unexpectedly sat close to the young mom (who left her 3 yo daughter). She asked the young mom to open a candy for her meanwhile she refused the help from my sister-in-law mother. The young mom then open the candy and kissed the little girl. After that, the little girl just  left, jump into millions of people who gathered there and they cannot find her since then. They just stared and cannot believe what was just happened. A little girl, almost the same age, the same look, out of nowhere came to the young mom who missed her daughter a lot during the hajj.

The miraculous meeting also happened to the young mom of a little 2 yo son, named Bima. In the middle of millions of people in Raudhah, a little 2 yo boy came to her and give her Al Quran to be recited. Almost the same age, the same look, just liked her Bima. She cried and kissed the boy then he just left her, gone inside those millions of pilgrims.

I have thought about performing Hajj in between 30s-40s , peak age, full strength and more mature. But then come up with the idea of how about the kids who will be left for 40 days. This and that and led to imaginary hurdles and targets. This story proves that all my assumptions are wrong, then again my head fools me.

Believe, a deep believe and surrender. No worries about anything. God knows best, at certain level that there is no option to force logical thinking, at certain level that we just have to save enough room for 'iman'. :)

Comments

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be