Skip to main content

Mau lebih beruntung?

Akhir-akhir ini semenjak tidak ada siaran langsung prambors fm jakarta, pindah lah saya ke lain hati. Mengikuti gejolak umur 20-an, mampirlah telinga saya di TrijayaFM. Lumayaan, bermutu siaran radionya. "The real radio" mungkin maksudnya tidak sekedar musik. Radio ini memang tampaknya fokus pada profesional muda dan entrepreneur. Oke pas!
Suatu malam, ada siaran tentang keberuntungan. Kok ada sih orang-orang yang beruntung dalam hidupnya? Hm, itu sering jadi pertanyaan saya juga. Kadang dunia tampak tak adil. No nO no tunggu dulu. Ternyata topik ini memang sering jadi perdebatan di ranah profesional dan para entrepreneur. Berdasarkan penelitian yang dituliskan ke dalam buku :

The Luck Factor: The Scientific Study of the Lucky Mind (Paperback)

oleh Richard Wiseman

Beberapa faktor yang membentuk keberuntungan
  1. Sikap terhadap sukses. Orang beruntung bersikap rileks dan terbuka terhadap pengalaman baru. Hal ini akan memunculkan situasi-situasi tertentu yang membuka peluang.
  2. Cenderung menggunakan intuisi. Namun tetap menggunakan logika sebagai pertimbangan. Intuisi ini tentu perlu dilatih. Latihan yang sering dilakukan antara lain meditasi, mendengarkan isyarat-isyarat dari tubuh dan perasaan. Beruntungnya bagi muslim ada shalat, dengan shalat tentu kita fokus pada aspek-aspek spiritual. Mematikan dunia dan mendengarkan hati.
  3. Selalu berharap kebaikan akan datang padanya. Istilahnya Ge-Er dengan kebaikan.
  4. Terbiasa mengubah hal yang buruk menjadi kebaikan. Orang yang beruntung selalu berpikiri bahwa situasi seburuk apapun selalu memiliki sisi baik. Fokusnya berbeda dengan orang yang tidak beruntung.

Keberuntungan merupakan sesuatu yang dapat diusahakan, terlepas dari kuasa Tuhan.
Tentu sikap-sikap ini perlu dilatih. Salah satu latihannya adalah menggunakan luck diary. Diary ini berisi keberuntungan apa yang diperoleh setiap hari, lalu dicatat di buku tersebut.

Menarik yaaa. Tapi memang kalau diperhatikan, keempat sikap tersebut memang membuat hidup kita lebih positif dan menyenangkan. Kalau dari dalam diri saja sudah senang, sekitar kita pasti terbawa senang. Kesempatan dan keberuntungan pasti tidak segan mendekat. :)

Jadi orang beruntung yuuuukk..
"Whatever you do may seem insignificant, but it is most important that you do it.” ~Mahatma Gandhi

Comments

Beni Suryadi said…
Benar banget.
I feel the same way and always think like that, Selalu Merasa Beruntung.
:-)
Mirza Harun said…
always look at the bright side.. :)

yupp, pola pemikiran yang beberapa bulan belakangan selalu gw tanamkan dalam pikiran, karena pasti selalu ada hal baik dari apapun yang terjadi sama kita.. setuju tiek, nice post gan..

:beer:
atiek said…
@beni : berarti donal bebek harus baca postingan ini supaya gak iri sama untung angsa.. kekekeke

@mirza : beruntungnya dirimu hari ini mi. sekarang tau ada fitur View Original Post... hahahaha
atiek said…
@beni : berarti donal bebek harus baca postingan ini supaya gak iri sama untung angsa.. kekekeke

@mirza : beruntungnya dirimu hari ini mi. sekarang tau ada fitur View Original Post... hahahaha
gue merasa beruntung hari ini baca blog lo tiek :)
atiek said…
makasih bat batbat,,
menarik. menarik!!
gue mau ah bikin luck diary!

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

untuk mahasiswa ITB dari Rendra

saya rasa kita semua yang mengaku orang muda, berpendidikan, punya berjuta teori yang mau dibenturkan dengan dunia nyata, punya berbagai idealisme yang belum diwujudkan, yang masih diam sampai sekarang (seperti saya), yang mau berubah, yang mau bergerak untuk siapapun, bangsa, umat, atau diri sendiri.. harus baca puisi dari sastrawan Rendra ini, tanda bahwa 30 tahun mahasiswa masih menghadapi masalah dan dilema yang sama. . sampai kapan mau diam dibalik menara gading ini?? menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya mendengar 130 juta rakyat dan di langit dua tiga cukung mengangkang berak di atas kepala mereka matahari terbit fajar tiba dan aku melihat delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan aku bertanya tetapi pertanyaan - pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis - papantulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan delapan juta kanak - kanak menghadapi satu jalan panjang tanpa pilihan tanpa pepohonan tanpa dangau persinggahan tanpa ada baya