Skip to main content

Perkenalkan Asghia

Kabarnya memang lagi hip pake nama berbau arab.. um,, timur tengah begitu. Tapi kakak saya mencari nama ini memang dari syair pujian untuk Rasulullah SAW, yang notabene memakai bahasa arab. Hal paling penting kan artinya ya, penuh doa dan makna. Sayangnya saya lupa bertanya, dimabukkan oleh nasi kebuli yang mengebul-ngebul di meja. Gadis kecil yang tidur di sampingnya itu Kaysa Tabyna (gadis bijak pengikut Rasulullah SAW), kakaknya yang energik dan berbakat koleris. 

Nama lengkap bayi mungil ini,  Asghia Sarvia Syahbanda.

Asghia : having a deep belief in God

Sarvia : Rich/prosperous woman

Beauty of motherhood

Si kakak yang sedang belajar menempatkan diri sebagai kakak.

Wah, sayang belum punya foto bertiga sama 2 gadis kecil ini.

Nanti deh kalo pulang kota lagi.. ehehee.. 2 keponakan yeayy yippiee makin ramai!!

Meski lupa bertanya pada a'a, masih ada mbah google.

Comments

Mona said…
fotonya echa yg sendirian lagi ketawa lucu banget..

ada sapi di belakangnya..

huakhahaha..

asghia.. hmm.. panggilannya opo?

biasanya nama2 arab itu panggilannya jadi yg berbau "cha"..

"icha", "cacha", "cicha"

soalnya ada "sya"2nya..

hehe..
atiek said…
iya dong
panggilannya adek gia.. hihihih
Anonymous said…
tiek, gue mau dong sumber2 nama araaab!
*mau nyari alternatif dari sekarang
kekekekekeke.
atiek said…
wess.. ka lo datang ke orang yg tepat
buka aja :
http://www.mosque-online.com
manteb isinya ka.. ada hadis, tafsir dan sebagainya.. lengkapkap sampe nama bayi.. hihihi

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Kembali ke Kelas Inspirasi

  Apa yang pertama terlintas ketika mendengar Indonesia Mengajar? Anak SD, pendidikan, masyarakat yang mengajar. Begitu pula yang saya pikirkan ketika itu, berbagai orang bersedia mengajar untuk meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia.   Desember 2011 itu, kami sepakat untuk merangkul para ‘kelas menengah’ di kota besar untuk ikut andil dalam pembangunan pendidikan. Salut untuk ide Safira Ganis, Ika, dan teman-teman pengajar muda yang baru kembali dari tempat penugasan. Keceriaan itu disebut, Professional Volunteer Program (PVP). Untuk menyederhanakan narasi “membangun gerakan pendidikan masyarakat”, kita mengusung ide kegiatan relawan untuk menjadi gaya hidup “Loe gak keren kalau belum jadi relawan.”   Hasil pertemuan itu melahirkan  Kelas Inspirasi  sebagai wahana/alat/kendaraannya. Idenya sederhana, para kelas menengah pekerja ditantang untuk cuti sehari, berorganisasi dalam kelompok, mempersiapkan materi pengajaran sendiri, lalu mengajar tentang profesi

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang