Tetikus yang digenggamnya sudah berkali-kali maju mundur ke kiri-kanan, ke depan-belakang, dan berputar-putar, tapi tak ada yang berubah di layarnya. Hanya baris-baris sel, angka, dan kalimat-kalimat singkat yang berjejalan di tabel berukuran 418x595 sel. “Mungkin, aku hanya bosan”, gumamnya. Ia pun melangkah ke pantry, membuka kulkas hanya untuk melihat ada apa disana, menenggak air dingin, memandang jendela, lalu kembali ke mejanya. Sudah 4 tahun ia bergulat dengan rutinitasnya. Sejak lulus dari universitas, Ia setia bekerja dengan ukuran tim yang tidak pernah besar, tidak lebih dari 30 orang. Sesekali pernah terbayang mengais nasib di organisasi yang lebih besar, namun langkahnya surut ketika melihat semakin berbelitnya birokrasi ketika organisasi membesar. Katakanlah, itu memang asumsinya sendiri. “Saya suka duduk di pojok sini, dekat jendela dan bisa melihat lebih luas ke segala penjuru”, ujarnya ketika semua anggota tim mengatur tempat duduk. Dulu Ia duduk di pi
seperti jeda antar kata untuk memberi makna