Seorang perempuan menatap nanar pada layar. Terkadang ia hilang pijak pada dunia. Melayang dan terbawa arus, terkadang ia kehilangan apa yang dicarinya. Perempuan itu menatap nanar sambil jarinya bergeser ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan. Berpura-pura tertawa lewat tulisan. Tapi siapa yang pernah melihat raut wajahnya. Ia meletakkan benda kotak dengan jaringan satelit itu ke meja, dan beralih pada dunianya yang sebenarnya. Ia melirik sambil menahan goda untuk mencari kabar orang yang diperhatikannya sejak lama. Ia menghela dan menutup mata. Dicarinya keran air dan mulai membasuh tangan, berkumur, membasuh muka dan seterusnya. Ia hanya bisa menggelar karpet khususnya dan menutup seluruh badannya hingga tak ada pola. Mengagungkan, bersedekap, lalu meletakkan dahinya pada titik terendah. Tersedak ia karena air yang keluar dari hidungnya dan berusaha ditahannya. Namun rasa yang ada di dalam terus sudah mengumpul di dada, ia harus keluar, dan tumpahlah ia lewat dua lubang di waja...