Skip to main content

drunk and drive

I went to a party,
And remembered what you said.
You told me not to drink, Mom,so I had a sprite instead.
I felt proud of myself,
The way you said I would,that I didn't drink and drive,though some friends said I should.
I made a healthy choice,And your advice to me was right.
The partyfinally ended,and the kids drove out of sight.
I got into my car,Sure to get home in one piece.
I never knew what was coming, Mom,something I expected least.
Now I'm lying on the pavement,And I hear the policeman say,the kid that caused this wreck was drunk,Mom, his voice seems far away.
My own blood's all around me,As I try hard not to cry.
I can hear the paramedic say,this girl is going to die.
I'm sure the guy had no idea,While he was flying high.
Because he chose to drink and drive,now I would have to die.
So why do people do it, MomKnowing that it ruins lives?And now the pain is cutting me,like a hundred stabbing knives.
Tell sister not to be afraid, MomTell daddy to be brave.
And when I go to heaven,put " Mommy's Girl" on my grave.
Someone should have taught him,That it's wrong to drink and drive.
Maybe if his parents had,I'd still be alive.
My breath is getting shorter,Mom I'm getting really scaredThese are my final moments,and I'm so unprepared.
I wish that you could hold me Mom,As I lie here and die.
I wish that I could say, "I love you, Mom!"So I love you and good-bye.

MADD (Mothers Against Drunk Drivers)

jadi inget, jadi sadar, yakin bahwa yang saya imani sekarang
memang benar membawa kebaikan di sini, saat ini
maupun saat nanti saya bertanggung jawab atas diri sendiri
kepada Tuhan Yang maha pemberi Nikmat

Comments

puisinya bagus n menyentuh banget.
overall blog lo menarik Tiek! gue link ya!
atiek said…
horeeee... sebenernya bukan puisi gw min.. hahaahahah
yaudah ketaun juga c.. okayyy

Popular posts from this blog

Idola Cilik, sudahkah adil?

Sore ini selepas pergi bersama teman untuk menonton pertandingan tenis, saya menemukan para penghuni kos sedang berkumpul di ruang tengah untuk menyaksikan idola cilik. Saya merasa kangen nonton acara ini, karena dulu saat belum masuk babak 14 besar,saya sering sekali menonton acara ini.  Sebuah ajang bagus untuk pengembangan minat dan bakat anak-anak, sekaligus memberikan inspirasi bagi ribuan pemirsa kecil lainnya yang terlalu bingung dijejali sinetron-monolog-yang-mengumbar-gambar-orang-melotot. Lucu dan menyenangkan sekali pada awalnya, hingga pada sore ini pandangan saya terusik pada sistem eliminasi idola cilik. Menit demi menit saya mencoba menikmati rangkaian babak hasil "result show", tapi yang berputar di kepala saya hanya "kenapa begini? kenapa begitu?" Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman kos yang mendukung Cakka dan Obiet, serta satu orang yang mendukung Irsyad. Saya coba buatkan rangkaiannya. Para kontestan cilik diberi kesempatan

Udar Rasa

Ada sebuah kolom di koran Kompas bernama Udar Rasa. Minggu ini teman saya, ika , mencuplik kalimat dari sana, dan saya penasaran. Minggu ini ditulis oleh Bre Redana. Berikut paragraf dari kolom tersebut yang saya suka: "Belajarlah pada alam. Sebagaimana sungai-sungai makin dangkal karena morat maritnya hutan-hutan dan gunung-gunung, hidup kita juga semakin dangkal. Seiring proses pendangkalan, masyarakat bertransformasi dari pengertian komunitas menjadi penggembira, pemandu sorak.  Begitu pun individu. Identitas individu sebagai entitas darah, daging, akal-budi, spirit, roh, bertransformasi menjadi identitas digital. Dalam identitas digital individu bisa menyaru sebagai lelaki, perempuan, kelompok, benda, pokoknya apa saja. Ini mengingatkan pada raksasa-raksasi dalam pewayangan, yang sanggup muncul dan menghilang, berubah-ubah bentuk menjadi apa saja. Gema suara mereka tak terukur.  Seperti sungai dangkal berbuih-buih, pemandu sorak dalam identitas digital ini memang

pernikahan saat malam dan pagi menjelang

Pernikahan 26-27 Januari di kedua hari tersebut saya belajar tentang arti pernikahan. saya melihat betapa kontrasnya kehidupan yang akan dijalani dalam pernikahan. hari pertama 26 Januari pernikahan teman saya, yang dihadiri hampir seluruh alumni 2004 siswa sma 8 jakarta. apa yang saya pelajari? kebahagiaan sebuah permulaan, yang mana diliputi pelangi kebahagiaan baik pasangan maupun keluarga dan kerabat. Pernikahan membutuhkan keberanian untuk memulainya. Berani untuk bertanggung jawab atas hidup orang lain, berani untuk mengambil keputusan yang tidak individualis, berani untuk berjalan dan dilihat oleh beratus atau ribuan pasang mata yang melihat tanpa ragu terhadap dandanan, gerakan, saya jamin pasti gugup!, berani untuk berdiri di panggung sambil tersenyum dan menyalami orang-orang yang mungkin kenal mungkin tidak, saya membayangkan betapa pegalnya, pegal, pegal. Untuk wanita, berani untuk menghadapi penata rias yang kadang-kadnag galak.. hehehe. Lalu apa yang saya temui di hari be